Pernahkah Kompasianer melihat kabel-kabel yang menjuntai di tiang-tiang listrik dekat rumah? Seberapa kesal Kompasianer melihatnya? Apakah pernah mencoba melaporkannya kepada dinas terkait?
Kabel utilitas yang menjuntai tak hanya sekali memakan korban. Baru-baru ini ramai jadi perbincangan nasib seorang mahasiswa bernama Sutan. Ia terjerat kabel fiber optik tepat di lehernya. Malang, Sutan menjadi kesulitan berbicara hingga harus bernafas melalui tenggorokannya.
Sengkarut hilir-mudik kabel utilitas memang sungguh ruwet di setiap pelosok Indonesia. Tiap bulan, sadar atau tidak, ada saja provider yang menggali dan memanjat untuk melakukan perbaikan pada kabel.
Tak hanya mengganggu aktivitas, tak jarang kabel yang ruwet tersebut dibiarkan saja hingga menjuntai sangat rendah. Duh, membahayakan! Apalagi kalau ada kabel yang terkelupas dan hampir putus.
Kompasianer, mari perhatikan di sekeliling kita. Apakah di daerahmu ada situasi serupa? Di mana kamu melihat keruwetan kabel ini? Apakah ada korban yang pernah dirugikan karenanya?
Bagaimana menurutmu yang perlu bertanggung jawab? Pihak pemda atau swasta? Adakah solusi terbaik supaya pengelola kabel tak bolak-balik melakukan perbaikan kabel?
Ada tidak sih, standar baku yang perlu diikuti pengelola tiang dan kabel listrik? Apakah menurutmu membuat jalur kabel di bawah tanah akan menjadi solusi?
Oiya, untuk Kompasianer yang tinggal di luar negeri, coba ceritakan dong keberadaan kabel utilitas di sana. Apakah di sana juga ada galian kabel serat optik atau kabel-kabel menjuntai?
Mari bagikan cerita dan opini di Kompasiana, tambahkan label Kabel Utilitas (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H