Kompasianer, bagaimana kamu melihat kejadian tewasnya sejumlah warga karena terinfeksi antraks? Mengapa kejadian tersebut bisa kembali terulang? Benarkah edukasi kepada masyarakat masih minim?
Kita cukup dikejutkan oleh kabar adanya tiga warga Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meninggal dunia yang disebabkan oleh antraks.
Kian mengagetkan setelah diketahui tiga orang tersebut meninggal usai mengonsumsi daging sapi yang sudah dikubur akibat terinfeksi antraks. Selain tiga warga yang meniggal, sebanyak 87 warga lainnya dinyatakan positif antraks.
Usut punya usut, penularan antraks di Gunungkidul ini diduga terkait tradisi brandu yang dilakukan masyarakat setempat.
Brandu sendiri merupakan tradisi mengumpulkan iuran untuk diserahkan kepada pemilik ternak yang mati atau sakit, lalu daging hewan itu dibagikan kepada orang-orang yang mengumpulkan iuran.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan kasus antraks pada manusia di Indonesia merupakan kejadian berulang.
"Biasanya dimulai dari sapi sakit dan mati yang kemudian dagingnya dikonsumsi. Hampir selalu itu pemicunya," ungkapnya, seperti dikutip dari Kompas.id.
Nasi sudah menjadi bubur. Selanjutnya pemerintah dan segenap masyarakat perlu bersama-sama untuk menggencarkan edukasi agar hal semacam ini tak terulang.
Memang tidak mudah, terlebih hal ini melawan tradisi yang sudah sejak lama ada. Perlu ada pendekatan lebih edukatif dan kreatif untuk memutus penyebab penyebaran antraks yang kerap berulang akibat hal serupa.
Kompasianer apa opini kamu terkait peristiwa ini? Mengapa kejadian ini bisa kembali terulang? Benarkah edukasi kepada masyarakat masih minim? Apa yang perlu kita lakukan?