Kompasianer, jenis minuman kekinian apa yang terlintas di pikiranmu? Es kopi susu gula aren? Bubble tea? Matcha? Bagaimana dengan jamu?
Tak hanya kopi susu, kini banyak orang menggemari jamu sebagai minuman herbal rekreasi. Bahkan, anak muda pun menggemarinya lho! Kira-kira apa ya alasannya?
Pertama, kini banyak orang kembali menyadari khasiat bahan-bahan alami. Kedua, jamu telah hadir dalam sajian yang lebih modern: dengan rasa-rasa menarik yang lebih mudah diterima oleh selera anak muda, dijual di kafe, diracik dengan teknik ala-ala barista, bahkan dikemas dalam kaleng!
Meski begitu, jamu modern pun sepertinya belum bisa menggeser popularitas kopi dan teh sebagai minuman kekinian. Padahal, sama seperti kopi dan teh yang merupakan komoditas unggulan Indonesia, jamu pun merupakan warisan kebudayaan yang perlu kita banggakan!
Kompasianer, jika kamu menggemari jamu, jamu apa yang biasanya kamu minum? Apakah kunyit asam, beras kencur, atau brotowali? Khasiat apa yang ingin kamu dapatkan dari jamu tersebut?
Bagaimana pendapatmu mengenai jamu modern yang diramu dengan teknik drip, brewing, dan teknik modern lainnya? Apakah kamu termasuk penggemar jamu yang gemar bereksperimen mencoba jamu-jamu modern yang dicampur dengan soda, bahkan teh dan kopi?
Jika kamu kurang menggemari jamu, apa alasannya? Apakah karena rasanya yang terkenal pahit? Bagaimana menurutmu cara supaya jamu sebagai minuman tradisional dapat terus lestari dan dinikmati generasi selanjutnya?
Bagikan opini dan gagasan kamu terkait hal ini di Kompasiana dengan menyematkan label Jamu Kekinian pada tiap konten yang kamu buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H