Apakah kamu pernah menonton live di media sosial? Apa yang membuatmu tertarik menonton live tersebut? Apakah karena atraksinya, karakter host-nya yang menarik, atau karena ada promosi saat live, atau alasan lain?
Jika host/kreator tersebut membuka donasi/"saweran", apakah Kompasianer pernah memberikannya? Mungkin dalam bentuk token, stiker, atau koin?
Berapa banyak koin yang Kompasianer berikan? Apa imbalan yang Kompasianer dapatkan?
Beberapa tahun belakangan, fitur live di media sosial banyak digunakan untuk menghimpun dana. Sayangnya, tak sedikit yang menampilkan aksi kontroversial demi mendapatkan donasi. Mulai dari aksi mengarah ke pornoaksi hingga mengemis.
Aksi "mengemis online" saat live dilakukan dengan melakukan kegiatan ekstrem atau tak wajar sesuai permintaan donatur demi mendapatkan koin. Misalnya: berendam di air, mandi lumpur, atau memakan sesuatu.
Sesungguhnya, melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang adalah hal yang lumrah di dunia kerja. Praktik ini juga banyak dilakukan oleh musisi, penulis, dan seniman lain yang membuka donasi untuk setiap karya yang diciptakan dan dipasarkannya secara online.
Akan tetapi, aksi mengemis tadi juga disertai dengan risiko eksploitasi rasa iba. Bahkan warganet sempat menemukan aksi mengemis dengan menggunakan lansia untuk melakukan aksi-aksi tertentu.
Kompasianer, bagaimana tanggapanmu terhadap fenomena mengemis online ini? Mengapa fenomena ini bisa terjadi? Bagaimana cara membedakan antara mencari nafkah dengan aksi mengemis?
Silakan tambah label Mengemis Online (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H