Kompasianer, ketika musim liburan datang dan acara keluarga kian padat, sudahkah kamu mempersiapkan diri dengan pertanyaan, "Umur segini kok belum nikah?" Alasan apa yang disampaikan?
Apakah alasan tersebut sungguh menjadi keresahan, ataukah sekadar jawaban basa-basi semata? Jika Kompasianer sudah menikah, apa pula pertimbangan untuk memutuskan menikah? Pada usia pernikahan berapa Kompasianer dikaruniai anak?
Dilansir dari KOMPAS.com, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menyatakan jangka panjang ke depan, Indonesia bisa saja mengalami resesi seks mengikuti gejala China, Korea Selatan dan Jepang. Sebagaimana yang juga dialami oleh negara lainnya.
Sinyal ini terlihat dari kian meningkatnya usia perkawinan di Indonesia. Banyak pasangan menunda menikah. Juga tiap keluarga semakin ingin memiliki anak lebih sedikit. Satu saja, misalnya.
Penyebabnya ada banyak faktor. Tingginya harga hunian, pernikahan, biaya bersalin, iuran sekolah, dan lainnya menjadikan anak muda lebih fokus mencari uang. Apalagi kalau mereka harus membiayai pula hidup orangtuanya (sandwich generation)
Belum lagi anak muda kian melek dengan kesehatan mental. Oleh karenanya anak muda cenderung mengambil komitmen yang masih dapat ditanggungnya. Pula anak muda memikirkan konflik sosial dan krisis iklim yang dapat mengancam generasi mendatang.
Kompasianer, apakah kamu termasuk yang overthinking dengan faktor di atas ataukah punya pertimbangan lain untuk menunda menikah? Bagaimana dengan isu kian sulitnya mencari pasangan hidup karena dinamika sosial belakangan ini? Apa suka dukanya?
Bagi yang sudah menikah, apakah kamu mau berbagi pengalaman dan pesan? Apakah menurutmu Indonesia sungguh akan menyusul krisis berkeluarga seperti yang dialami oleh negara lain? Bagaimana menurutmu pemerintah perlu bertindak?
Silakan tambah label Resesi Seks (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H