Apakah Kompasianer tahu apa makna dan arti dari logo yang kini digunakan oleh daeramu? Bagaimana menurutmu bentuk dan makna yang terkandung dalam logo tersebut? Selain itu, slogan/semboyan apa yang diusung?
Apakah logo dan slogan yang dikenal selama ini sudah merepresentasikan citra tempat tinggalmu? Misalnya "Tegal Kota Bahari" atau "Manado: Si Si Tou Timou Tumou Tou", atau "Garut Kota Intan (Indah Tertib Aman dan Nyaman)"?
Apakah julukan Kota Belimbing sudah pas untuk Kota Depok? Cocokkah Gorontalo dijuluki Kota Serambi Madinah? Apakah Padang cocok disebut sebagai Kota Tercinta? Apa alasan di baliknya? Apakah masih relevan untuk perkembangan dewasa ini?
Diskursus mengenai logo maupun slogan kini jadi ramai diperbincangkan di media sosial karena perubahan "branding" yang diterapkan Pemprov DKI terhadap DKI Jakarta.
Karena isu tersebut, kini banyak warganet se-Indonesia mulai menyadari akan makna di balik logo dan slogan yang digunakan oleh daerah administrasi masing-masing.
Ada yang baru tahu, tetapi tak sedikit pula yang mengkritik bagaimana sebaiknya logo dan slogan daerah mereka diperbarui sesuai dengan perkembangan zaman.
Belum lama ini bahkan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka menggelar lomba desain ulang logo "Solo Spirit of Java" serta lomba desain maskot Rojomolo.
Nah, bagaimana dengan daerah tempat tinggal Kompasianer sendiri, adakah yang perlu diperbaiki terkait logo dan slogan? Sepenting itukah logo dan slogan tersebut dalam membangun citra suatu daerah?
Kalau ada usul maupun saran, apa yang ingin Kompasianer sampaikan lewat logo dan slogan itu? Silakan tambah label Logo Slogan Daerah (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H