Kompasianer, masihkah kamu mendengarkan radio? Kapan kamu mendengarkan radio? Apakah di pagi hari saat hendak melalukan aktivitas Atau, justru sebelum tidur?
Kini sayangnya, satu persatu radio bertumbangan. Bahkan sejak tanggal 2 Desember kemarin, Trax FM berhenti mengudara. Kabar ini tentunya membuat pendengar setianya nelangsa.
Tapi, tantangan yang dihadapi radio memang kian berat. Terutama sejak makin bertumbuhnya platform media sosial pemutar musik hingga siniar (podcast). Pendengar pun jadi memiliki banyak pilihan untuk mendengarkan sajian audio.
Ada banyak faktor yang mungkin mempengaruhi redupnya pamor radio. Kalau dulu kita harus mendengarkan jadwal siaran, kini kita bebas mengakses lagu dan mendengar suara penyiar podcast kapanpun.
Jika dulu PDKT bisa dengan titip pesan lewat radio, kini kita bisa langsung menjangkau orang tersayang di medsos dan aplikasi pesan. Kangen dengan penyiar? Wah lebih mudah lagi. Cukup buka akun medsosnya, kita bisa tahu aktivitasnya dari hari ke hari.
Duh, sedih juga ya. Tapi apakah berarti radio memang sudah tak lagi relevan dengan kebutuhan saat ini?
Tapi kalau tak lagi relevan, mengapa channel siniar terus bertumbuh? Bukankah berarti pasar konten audio sebenarnya sedang laris-larisnya?
Kompasianer, apakah kamu sedih dengan tutupnya stasiun radio di Indonesia? Pengalaman manis apa yang pernah kamu alami saat masa kejayaan radio? Menurutmu apa sih yang sesungguhnya bisa dilakukan radio supaya bisa bertahan dan relevan dengan kebutuhan saat ini?
Silakan tambah label Radio Berhenti Mengudara (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H