Kompasianer, apa yang sudah kamu siapkan menghadapi curah hujan yang tinggi belakangan ini? Apalagi kita akan menghadapi pergantian tahun. Pernah terpikir untuk memiliki Tas Siaga Bencana?
Menghadapi risiko becana alam memang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita. Mulai dari curah hujan tinggi, bahaya longsor, banjir, hingga gempa dan gunung meletus.
The World Risk Index tahun 2019 menyatakan Indonesia berada pada urutan 37 dari 180 negara yang paling rentan terhadap risiko bencana alam.
Selain mendorong pemerintah melakukan mitigasi terarah, kita pun perlu melakukan tindakan penanganan level mikro di rumah. Terutama pada momentum akhir dan awal tahun.
Kompasianer, yuk kenalan dengan Tas Siaga Bencana (TSB) yang dapat menjadi langkah mitigasi kecil di rumah. TSB biasanya berisi perlengkapan membantu individu dalam keadaan darurat.
TSB sebaiknya menggunakan tas tahan air dan dapat memenuhi kebutuhan bertahan hidup selama 3 hari. Selain berisi makanan dan pakaian, TSB idealnya berisi P3K, surat berharga, alat komunikasi, alat bantu, uang, dan alat mandi.
Tak semua pihak menyadari pentingnya TSB. Selain terasa "menyeramkan", menyiapkan TSB juga membutuhkan keterampilan dan dana yang tidak sedikit. Belum lagi harus rajin mengecek tanggal kedaluwarsa makanan di TSB dan menggantinya secara berkala.
Kompasianer, apakah kamu memiliki pengalaman menyiapkan TSB? Bagi rekan yang sering naik gunung, apakah kamu bisa berbagi kiat memilih peralatan yang ringan dan praktis? Berapa harganya? Bagaimana cara mengemas tas dan bawaan secara efektif?
Bagi Kompasianer yang bekerja di bidang penyelamatan, apakah ada kiat khusus? Di mana sebaiknya TSB diletakkan di rumah? Berapa banyak TSB yang perlu disiapkan dalam satu rumah? Bagaimana pengalaman mengedukasi masyarakat tentang TSB?
Yuk, sama-sama berbagi kiat menyiapkan Tas Siaga Bencana. Tambahkan label Tas Siaga Bencana (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.