Kompasianer, apakah kamu akrab dengan istilah minimalisme? Tahu gaya hidup frugal living? Pernah mencoba menerapkannya?
Nah tren hidup minimalis lagi populer banget di kalangan anak muda. Gaya hidup ini mengajak orang untuk hidup secukupnya sesuai dengan kebutuhan. Hidup simpel, ringkas, tepat, dan hemat.
Menyingkirkan barang-barang yang tidak dipakai, selektif membelanjakan uang, hingga menata hidup seringkas mungkin sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Pokoknya hidup sederhana dengan cara yang "fancy".
Gaya hidup ini bagus banget buat diadopsi. Tapi seringkali, minimalisme hanya dimaknai sebagai jargon belaka. Bahkan menjadi "jualan" buat sekadar menarik minat anak muda.
Pasar properti, misalnya. Memanfaatkan jargon minimalisme untuk memasarkan rumah berukuran kecil di lahan terbatas. Harganya ... ya tetap mahal juga.
Atau ada pula yang memaknai minimalisme hanya sebatas desain. Bukan esensinya.
Contohnya beli baju minim aksen tapi tidak disertai pertimbangan kebutuhan. Alih-alih minimalis, jadinya malah menimbun baju banyak-banyak. Atau sering jajan kuliner organik yang harganya malah bikin susah berhemat.
Kompasianer, bagaimana kamu memaknai gaya hidup minimalis? Sejauh mana kamu menerapkannya? Apakah kamu tertarik mengadopsi gaya hidup ini?
Yuk bagikan kiat-kiat dan pengalaman kamu dalam menjalani hidup minimalis selama ini. Apa saja upayamu? Mindset seperti apa yang perlu kita ubah? Kesulitan apa yang dihadapi? Dan apa manfaat yang kamu rasakan?
Bagikan kiat dan pengalamanmu di Kompasiana dengan menyematkan label Gaya Hidup Minimalis pada tiap konten yang kamu buat.