Kondisi pandemi membuat kita menyadari bahwa teknologi amatlah dibutuhkan untuk mengatasi kendala belajar mengajar yang sebelumnya selalu dilakukan secara fisik.Â
Dengan tidak disarankannya pembelajaran tatap muka, mau tidak mau berbagai lapisan masyarakat perlu beradaptasi untuk menggunakan internet dan peranti digital (baik keras maupun lunak) supaya aktivitas belajar-mengajar dapat terus dilangsungkan secara daring.
Sayangnya, pada dua tahun belakangan, tak semua pihak siap dengan perubahan tersebut. Terutama karena tak semua provinsi di Indonesia memiliki akses yang cukup terhadap infrastruktur serta sarana penunjang lainnya.
Kendala pun kian kompleks karena tidak semua orang memiliki literasi digital yang cukup untuk mendampingi aktivitas belajar mengajar. Gagap budaya. Keterbatasan ekonomi keluarga. Minimnya keterampilan menggunakan gawai. Dan lain sebagainya.
Perlu kerja sama para pemangku kepentingan supaya pembelajaran digital diseriusi, tak lagi menjadi sekadar pelengkap.
Kini, setelah 2 tahun berselang, Kompasiana mengajak para pelajar dan mahasiswa untuk mengevaluasi pengalamannya. Bagaimana pembelajaran daring yang kamu alami selama ini? Apa analisis sebab-akibatnya berdasarkan dasar keilmuan yang kamu miliki? Apa usulanmu untuk praktik pembelajaran daring yang lebih baik ke depannya?
Terutama, setelah pandemi kita telah memasuki era yang serba digital dengan kian terbukanya peluang dunia baru di metaverse, yang dapat menjadi tuntutan teranyar bagi para pencari kerja di masa mendatang.
SYARAT & KETENTUAN
- Peserta adalah pelajar aktif (maksimal SMA atau sederajat) dan/atau mahasiswa aktif Perguruan Tinggi (maksimal Strata 1).
- Peserta telah terdaftar sebagai anggota Kompasiana. Jika belum, silakan lakukan registrasi di Kompasiana.com.
- Peserta wajib melengkapi data diri di bagian "Pengaturan" Kompasiana dan mengisi bio pada profil dengan format (Pelajar/Mahasiswa)_(Fakultas/Jurusan bila ada)_(Nama institusi). Misal: Pelajar Jurusan Mesin Bubut STM 12345 atau Mahasiswa Sastra Melayu Universitas Tanah Rantau.
Setelah mengisi, klik "Simpan" pada bagian bawah halaman pengaturan. - Tulisan bersifat baru, orisinal (bukan karya orang lain, bukan salinan/kutipan dari buku pelajaran, tidak plagiat). Kutipan pasal/teori/pernyataan di Kompasiana diizinkan hingga 25% dari total panjang tulisan. Selebihnya, akan dinyatakan plagiat.
- Konten tulisan tidak melanggar Tata Tertib Kompasiana (cek lengkapnya di sini).
- Khusus untuk kompetisi ini, Tim Moderator tidak melakukan Penguncian Artikel sampai ada ketentuan baru di masa mendatang.
MEKANISME
- Tema: Transformasi Digital dan Pemerataan Akses Pendidikan
- Kompasianer pelajar/mahasiswa diminta untuk membagikan pengalaman, pandangan, ide, opini mengenai transformasi digital dan bagaimana penerapannya dalam mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia menuju masyarakat digital.
- Periode: 29 April - 30 Juni 2022
- Tulisan minimal 500 kata dan tidak lebih dari 1.500 kata
- Di setiap konten lomba, peserta wajib mencantumkan 2 label berikut pada setiap kolom label:
Transformasi Digital Pendidikan (dengan spasi)
Tugas Di Kompasiana (dengan spasi) - Setiap peserta dapat menayangkan sebanyak-banyaknya konten untuk lomba ini dan lomba lainnya di Kompasiana.Â
- Kompasiana berhak tidak menjurikan dan/atau membatalkan kemenangan kepada peserta yang tidak mengikuti S&K serta mekanisme yang tertera di sini
- Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat
- Pemenang akan diumumkan paling lambat 14 hari kerja setelah periode lomba berakhir
APRESIASI
- 3 Saldo GoPay @150.000 untuk 3 konten terbaik
- 3 Voucher Gramedia (Senilai @Rp 100.000) untuk 3 konten dengan PV tertinggi
(PV akan dihitung setelah periode lomba berakhir, yakni per 30 Juni 2022) - Kompasiana berhak meminta bukti bahwa pemenang adalah pelajar/mahasiswa aktif dengan melampirkan foto Kartu Pelajar/Mahasiswa melalui email pada saat mengonfirmasikan kemenangan.