Dengan keterbatasan tanah dan tingginya harga rumah tapak, hunian vertikal kini telah menjadi opsi unggulan para milenial baik yang single maupun baru saja menikah. Opsi yang mungkin masih dianggap remeh pada 1 dekade lalu.
Hunian vertikal pada umumnya berlokasi dekat fasilitas publik dan perkantoran. Hunian tipe ini juga cocok bagi kalangan milenial (usia 25-40 tahun) yang menggemari gaya hidup privat, simpel, dan minimalis.
Akan tetapi, kita juga perlu mengetahui seluk beluk lain sebelum membeli hunian vertikal. Baik rusun maupun apartemen. Baik yang subsidi maupun tidak.
Selain harganya unitnya yang tak murah dan luas unitnya yang terbatas, HGB-nya pun perlu diperbarui secara berkala. Karenanya, pastikan kita memilih pengembang yang bertanggungjawab ya!
Setelah menghuni pun, iuran bulanan pun masih berjalan di luar tagihan listrik dan internet. Selain itu, ada sejumlah perjanjian dengan pengelola yang harus kita taati. Belum lagi harus beradaptasi dengan puluhan tetangga selantai.
Kalau Kompasianer, bagaimana pengalamanmu mencari hunian vertikal? Apa saja yang harus diperhatikan sebelum membeli/menyewanya? Bagaimana dinamika dan kehidupan sosialmu selama menghuni unit vertikal?
Jika masih dalam rencana, hunian vertikal seperti apa yang menjadi incaranmu?
Silakan tambah label Hunian Vertikal (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H