Setujukah Kompasianer bahwa kita tidak perlu memamerkan keahlian lebih di tempat kerja, karena nanti perkerjaannya bertambah. Padahal gajinya segitu-gitu saja?
Inilah dilema para pekerja. Pada satu sisi, setiap karyawan perlu melakukan pengembangan diri dan tidak membatasi ruang lingkup berkaryanya.
Tetapi pada sisi lain, menunjukkan keterampilan di luar tugas kita dapat bermuara pada penugasan yang tidak sesuai dengan kontrak kerja.
Kalau masih relevan, mungkin tidak masalah. Tapi bagaimana bila sama sekali berbeda ranah? Misalnya, akuntan merangkap desainer. Teknisi merangkap marketing. Atau HRD merangkap IT support.
Bagaimana tanggapan Kompasianer atas realitas dunia kerja semacam itu? Jika pernah mengalaminya, bagaimana Kompasianer melaluinya?
Apakah Anda mengambilnya sebagai kesempatan mengembangkan diri dan mengincar promosi? Selain karena mungkin memang ada tempat kerja Anda tidak memiliki banyak SDM? Atau sebaliknya, pernahkah menolak penugasan yang tidak sesuai?
Atau siapa tahu kamu termasuk Kompasianer yang bersedia melakukannya asal diberikan penyesuaian gaji. Bagaimana sih caranya menyampaikan penyesuaian gaji karena kita merangkap lebih dari satu tugas?
Silakan tambah label Rangkap Tugas (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat lewat subkategori "Worklife".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H