Jangankan beda negara, punya pasangan beda suku saja sudah luar biasa proses adaptasinya.
Selain kendala bahasa, ada begitu banyak aspek yang harus dipertimbangkan ketika menjalin asmara dengan Warga Negara Asing (WNA). Di antaranya persoalan perbedaan zona waktu, adat, budaya, dan sistem kekerabatan.
Ada saja risiko miskomunikasi, salah paham, dan ketidakterimaan atas budaya satu sama lain. Perlu kelapangan berpikir dan keteguhan hati supaya hubungan dapat berjalan lancar.
Apalagi kalau memutuskan untuk menikah, punya anak, dan pindah domisili.
Selain restu keluarga, ada sejumlah dokumen yang harus diurus. Pembuatan dokumen-dokumen ini tak hanya menguras biaya, tetapi juga waktu dan tenaga. Apalagi setiap negara memiliki ketentuan yang berbeda.
Untuk anak, ada negara yang mempersilakan buah hati memiliki kewarganegaraan ganda, bisa memilih sendiri setelah cukup usia. Ada yang menganut asas kewarganegaraan sesuai dengan lokasi lahir, dan lain-lain.
Kompasianer, adakah di antara kamu yang pernah menjalin asmara dengan orang yang berbeda kewarganegaraan. Apa suka duka yang kamu rasakan? Momen apa yang terberat sekaligus paling berkesan?
Apakah kamu punya nasihat untuk orang-orang yang sedang menjalin hubungan semacam ini? Boleh juga dalam bentuk informasi cara mengurus dokumen, cara berkomunikasi supaya menghindari pertengkaran, dan lain-lain.
Tulis pengalaman dan kiatmu dengan memberi label Hubungan Beda Negara pada setiap konten yang kamu buat. Masukkan ke dalam subkategori "Love" atau "Diary".
![Dok. Kompasiana](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/07/16/panduan-seo-60f1651206310e6b2e0b3942.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI