Tidak lulus ujian, putus cinta, ketinggalan kereta, bolong puasa, target di kantor tidak tercapai, diet berantakan, lamaran kerja berhenti sampai interview, dan masih banyak lagi.
Kompasianer, Anda pernah mengalami kegagalan? Seberapa terpurukkah Kompasianer saat itu?
Kita semua pernah gagal, tetapi tidak semua dari kita bisa menerima dan belajar dari kegagalan itu.
Untuk bisa mengakui sebuah peristiwa merupakan sebuah kegagalan saja, kadang, kita tidak mau. Bahkan kita lebih suka menyebutnya sebagai "apes"!
Lucunya lagi, saat belajar bagaimana mencapai kesuksesan, kita kerap diminta untuk bercermin dari kegagalan. Memangnya seberapa penting sih belajar dari kegagalan? Mengapa kita tidak fokus saja pada apa yang berhasil kita capai? Kalau hanya mikirin yang gagal terus kan nanti bisa stres.
Kompasianer, apakah definisi "kegagalan" menurut Anda? Sampai titik mana Anda menamakannya sebuah kegagalan, dan titik mana yang menurut Anda masih proses?
Bagaimana cara Kompasianer menanggulanginya? Apa yang selanjutnya dilakukan? Menyerah, berserah, atau pantang menyerah?
Silakan tambah label Kegagalan Adalah (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
*) Di Bulan April ini, kamu berkesempatan buat mendapatkan K-Reward+ buat setiap artikel Topil yang kamu tayangkan, lho! Mau supaya keterbacaanmu banyak? Yuk latihan membuat konten yang ramah SEO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H