Hai perempuan Indonesia! Apa profesimu saat ini? Pengacara, ibu rumah tangga, insinyur, pekerja start-up, atlet, bankir, dokter, pedagang online, driver, sekuriti, kreator konten, atau koki?
Syukurlah! Saat ini begitu banyak profesi yang bisa dilakoni oleh perempuan. Ini semua adalah buah dari pendidikan yang semakin mudah diakses oleh perempuan dan keterbukaan peluang untuk dirinya berkarya di ruang publik.
Dengan memiliki profesi, maka perempuan dapat memiliki akses terhadap sumber ekonomi. Ia dapat menghidupi dirinya sendiri, membantu perekonomian keluarga, dan bermanfaat bagi komunitasnya.
Bahwasanya, dengan memiliki penghasilan, seorang perempuan dapat mandiri. Sebagai contoh, bila terjadi perceraian atau ada anggota keluarga laki-laki di keluarganya tidak bisa mencari nafkah karena sakit, maka perempuan tak akan lagi gagap menghidupi keluarganya.
Meski begitu, ada begitu banyak suka dan duka menjadi perempuan pekerja. Masih ada stereotip mengenai kurangnya performa kerja perempuan dibanding laki-laki, ketimpangan gaji, atau ancaman pelecehan seksual.
Belum lagi peran ganda di rumah yang secara norma mewajibkan perempuan untuk mengurus segala keperluan keluarga, di samping mencari nafkah.
Kompasianer, apakah kamu mengenal perempuan pekerja yang memiliki kisah mengenai profesinya? Bagaimana ia menghadapi stigma, stereotip, tantangan, dan hambatan di dunia kerja?
Jika kamu adalah ibu rumah tangga, mari ceritakan pula profesimu yang juga tak mudah ini. Bagaimana menghadapi komentar orang lain mengenai peran ini?
Silakan tambah label Pekerjaan Perempuan (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat. Masukkan ke kategori "Karier" atau "Worklife"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H