Kompasianer, apakah Anda pernah bertemu dengan anak-anak yang sejak kecilnya bersikeras untuk bekerja sebagai ART setelah lulus SD? Atau pernahkah melihat anak perempuan yang mengalah supaya adik laki-lakinya bersekolah?
Kita semua sepakat bahwa setiap orang memiliki hak untuk mengakses pendidikan, tak peduli ia perempuan ataukah laki-laki. Tetapi sayangnya tidak semua keluarga mampu dan/atau memiliki akses yang baik untuk pendidikan anaknya.
Faktornya banyak, mulai dari keterbatasan fasilitas dari pemerintah, masalah finansial keluarga, jarak tempuh ke sekolah, minimnya informasi, hingga norma yang beranggapan bahwa perempuan hanya membutuhkan keterampilan rumah tangga.
KPPPA mencatat pada tahun 2020, angka rata-rata lama sekolah nasional untuk anak laki-laki di atas 15 tahun telah mencapai target nasional yakni 9,08 tahun atau setara dengan lulus SMP. Sedangkan anak perempuan belum mencapai target, yakni 8,42 tahun atau hanya mencapai kelas 8 menuju kelas 9.
Padahal, pendidikan bagi perempuan merupakan titik awal untuk kemajuan masyarakat yang lebih luas. Selain bisa menjadi bekal bertahan hidup dan mencari nafkah, perempuan yang berwawasan juga akan membagikan manfaatnya kepada keluarga, komunitas, dan calon generasi selanjutnya.
Kompasianer, pada kesempatan ini mari kita tuliskan realitas pendidikan anak perempuan di daerahmu dan bagaimana dampaknya. Dukungan apa yang diberikan oleh lingkungan sekitar? Kendala apa saja yang dihadapi? Bagaimana pemangku kepentingan memandangnya? Dan lain-lain.
Silakan tambahkan label Pendidikan Perempuan (menggunakan spasi) pada setiap konten yang Anda buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H