Segala aktivitas yang terpaksa dikerjakan dari rumah atau melalui daring masih terus berlanjut. Termasuk di dalamnya sektor pendidikan yang belakangan ini kian terkuak kendala operasionalnya di berbagai wilayah Indonesia.
Faktor yang masih menjadi kendala kegiatan belajar-mengajar dari rumah antara lain adalah ketidaktersediaan gawai dalam rumah tangga, akses listrik yang sulit, jaringan internet, dan mahalnya kuota internet.
Sebagai wujud dukungan pemerintah, sejumlah kementerian tengah menggodok rencana guna merespons kendala yang dialami oleh para siswa, guru, dan orangtua. Di antaranya ialah dengan pembangunan infrastruktur dan pemberian subsidi pembelian kuota internet.
Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Erick Thohir mengatakan, pemerintah tengah mengkaji untuk memberikan subsidi bagi para tenaga pengajar dan murid.
Ide dari pemerintah sebenarnya cukup baik untuk direalisasikan. Namun, pemerintah juga tak boleh luput bahwa tak semua masyarakat di desa memiliki perangkat penunjangnya. Gawai.
Artinya, bisa jadi ide pemerintah ini hanya bisa dinikmati oleh segelintir pihak saja. Dan akibatnya, pendidikan secara inklusi yang diidam-idamkan kembali batal terealisasi.
Kompasianer, apakah kamu siswa, guru, atau orangtua? Bagaimana kamu menilai ide pemerintah ini? Jika sepakat, kira-kira berapa lama dan berapa nominal subsidi yang harus diberikan demi memenuhi kebutuhan belajar? Atau adakah gagasan selain pemberian subsidi?
Bagikan opini, cerita, atau reportasi kamu di Kompasiana dengan menyematkan label Subsidi Pulsa (menggunakan spasi) pada tiap konten yang kamu buat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI