Hubungan persahabatan rusak karena utang? Waduh. Moga-moga kamu bukan salah satu warganet yang curhat di medsos mengenai susahnya menagih utang kepada orang lain. Wajar sih. Soalnya nggak ada yang mudah dari berutang dan memberi piutang. Urusan duit, sensitif!
Apalagi sekarang, saat Covid-19 membuat banyak orang kesulitan membiayai kehidupan sehari-hari. Yang biasanya sanggup membayar utang, lantas menjadi kesulitan melunasi. Yang biasanya kesulitan membayar, lebih kebingungan lagi. Padahal, bisa jadi pemberi piutangnya juga sedang membutuhkan dana mendesak.
Tak hanya perorangan, kesulitan penagihan utang juga dialami oleh sektor perbankan. Prediden Direktur PT BCA Jahja Setiaatmadja memaparkan kepada Kompas.com mengenai sulitnya penagihan kredit dan langkah restrukturisasi demi menekan rasio kredit macet.
Manajemen PT BCA tak memungkiri bahwa pihaknya merasa khawatir saat pemerintah pertama kali menyerukan kepada masyarakat untuk meminta keringanan. Salah-salah, likuiditas bank jadi taruhannya.
"Restrukturisasi ada positif ada negatif. Pada awalnya kami kuatir sekali, bagaimana jika semua nasabah jadi tidak mau bayar. Ini kan bahaya," tutur Jahja.
Kalau perusahaan besar saja gentar, apalagi kita sebagai rakyat biasa? Kompasianer, kamu punya pengalaman finansial serupa? Mengambil kredit, kesulitan membayar atau memberi piutang, tapi yang meminjam tak kunjung berkabar. Atau malah kamu termasuk yang menghindari utang dan semaksimal mungkin membayarkan utang tepat waktu?
Bagikan opini, kiat, atau cerita pengalaman pribadi kamu terkait hal ini di Kompasiana dengan menyematkan label Melunasi Utang (menggunakan spasi) pada tiap konten yang kamu buat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H