Aksi unjuk rasa bertajuk "I Cant Breathe" berujung rusuh dan terus meluas di Amerika Serikat. Penyebabnya tak lain adalah tewasnya pria kulit hitam bernama George Floyd oleh seorang polisi Minnesota.
Floyd adalah seorang warga kulit hitam yang diduga telah melakukan penipuan dan ditangkap oleh polisi. Lantas beredar video pendek berisi Floyd yang berulang kali mengatakan, "Saya tak bisa bernapas" kepada polisi kulit putih yang menekan leher Floyd menggunakan lutut.
Peristiwa tersebut menyebabkan Floyd meninggal dan mengundang reaksi keras di media sosial. Reaksi ini kemudian memicu unjuk rasa berujung chaos, diikuti oleh penjarahan di sejumlah wilayah. Sebagian besar mengusung narasi ketidakadilan pada "ras kulit berwarna" di AS.
Jika dibandingkan, ada kemiripan demografi antara masyarakat AS dan Indonesia. Keduanya sama-sama memiliki masyarakat dengan latar belakang SARA yang beragam, perbedaan warna kulit, dan rentan isu kesenjangan sosial.
Oleh karena itu, penting bagi kita menjadikan peristiwa di AS sebagai pelajaran. Perkecil risiko pertikaian antar-ras dari hal-hal kecil di sekitar kita.
Jangan mempertebal stereotip suku tertentu. Perlakukan tetangga yang berbeda agama, sama baiknya seperti kita memperlakukan tetangga yang satu identitas.
Bagaimana denganmu? Adakah cara sederhana yang dapat memupuk rasa kekeluargaan sebangsa setanah air dan menghindarkan kita semua dari petaka seperti di AS?
Yuk, bagikan opini, pengalaman, dan tips dengan membuat konten di Kompasiana. Sertakan label Beda SARA Tetap Saudara (menggunakan spasi) pada tiap unggahan konten kamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H