Kita acapkali ragu dan segan pada topik seksualitas, meskipun dalam konteks pendidikan seks. Terutama dalam norma masyarakat Indonesia, obrolan semacam ini dianggap tabu dan cenderung dihindari.
Padahal, seksualitas bukan hanya persenggamaan semata, tetapi juga berkenaan dengan kesehatan, kualitas hidup, finansial keluarga, hingga pengendalian populasi. Terutama pada isu kesehatan, baik perempuan maupun laki-laki perlu mengenal dan menyadari bagaimana melakukan aktivitas seksual secara sehat sehingga terhindar dari penyakit dan kehamilan tak direncanakan.
Salah satu cara memproteksi diri dari penyakit kelamin dan kehamilan tak terencana ialah dengan penggunaan kontrasepsi. Meski demikian, poin ini masih menjadi pro dan kontra baik dari pertimbangan agama, efek samping yang ditimbulkan, hingga masalah ketidaknyamanan yang ditimbulkan saat menggunakannya.
Belum lagi problem mengenai siapa yang lebih baik menggunakannya secara rutin: pihak laki-laki atau perempuan.
Di satu sisi, penggunaan kontrasepsi "tanam" pada perempuan adalah pilihan yang praktis dibanding penggunaan kondom sekali pakai pada pria. Tetapi, perempuan yang merasa ada perubahan komposisi hormon ketika menggunakan kontrasepsi menyarankan pula kontrasepsi suntik bagi pria (yang menuai kekhawatiran menimbulkan turunnya gairah seks).
Kompasianer, bagaimana tanggapan Anda mengenai penggunaan kontrasepsi bagi kesehatan dan kualitas hidup yang lebih baik? Atau Anda punya rekomendasi pola kontrasepsi yang bersahabat?
Silakan tulis pengalaman dan opini Anda dengan menambahkan label Pilih Kontrasepsi (menggunakan spasi) pada setiap artikel.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H