Tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir membuat beberapa wilayah di Indonesian terendam banjir.
Tak hanya di Jabodetabek, banjir juga terjadi di Kabupaten Lebak, Banten. Banjir yang berasal dari luapan Sungai Ciberang dan Cimangenteung menerjang daerah Kecamatan Cipanas dan Lebak Gedong.
Daerah lainnya, menurut BNPB, Selasa (31/12/2019), banjir melanda enam desa di Kabupaten Seluma, Bengkulu.
Hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara sehingga menyebabkan banjir besar yg merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali. Hujan kali ini bukan hujan biasa. BMKG memprediksi masih terjadi hujan pada hari ini sehingga masih mungkin terjadi banjir lagi.
Sementara BNPB menghimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang potensi banjirnya akan meninggkat agar evakuasi ke tempat aman terlebih dahulu.
Maka, peran pemerintah daerah/provinsi setempat dinilai perlu cekatan dan maksimal untuk membantu korban terdampak.
Di sisi lain, kurangnya sadar akan pemanasan global yang terjadi membuat kita tak siaga menghadapi banjir.
Ilmuwan dari University of New South Wales, Markus Donat, pada 2016 sudah memprediksi hujan ekstrem yang terjadi atas hasil risetnya yang ia kumpulkan dari data curah hujan dari 1951 hingga 2010.
Hasilnya, pemanasan global membuat curah hujan semakin meningkat dari satu hingga dua persen per dekade.
Kompasianer, apa opini Anda mengenai fenomena curah hujan dan bencana banjir kali ini? Serta, bagaimanakah cara kita meningkatkan kesadaran pemanasan global ke depannya? Atau adakah kiat-kiat antisipasi menghadapi banjir dan dampak setelahnya yang ingin dibagikan?
Lalu tuliskan reportase Anda seputar bencana banjir di sekitar Anda.
