Rencana Lippo Group melepas saham alat transasksi miliknya, OVO, sebesar 70 persen cukup mengejutkan. Pihak Lippo mengaku tidak kuat bila terus menerus 'membakar uang'.
Dikatakan pihak Lippo, setiap hari ada 7 juta kali transaksi menggunakan OVO dengan transaksi minimal Rp 100.000.
"Karena terus bakar uang, bagaimana kita kuat," kata pendiri Lippo Group, Mochtar Riady, mengutip KOMPAS.com Kamis (28/11/2019).
Rencana dilepasnya saham OVO menjadi gambaran betapa ketatnya persaingan transaksi uang elektronik di Indonesia. Dari data Bank Indonesia total ada 58 penyedia tekfin terdaftar. Di antaranya adalah Gopay, Dana, OVO, dan Cashback.
Secara transaksi, dalam satu tahun penggunaan uang elektronik tumbuh dua kali lipat. Pada semester pertama tahun ini saja jumlah transaksinya sudah melebihi jumlah transaksi pada 2018. Pemerintah pun perlu memperkuat regulasi mengenai transaksi uang elektronik, khususnya dalam memproteksi keamanan data pribadi pengguna.
Salah satu alasan alat transaksi digital melakukan perang promo antara lain demi mempertahankan loyalitas konsumen. Pasalnya, konsumen cenderung memilih layanan transaksi dengan promo yang paling menggiurkan. Karenanya, penyedia harus jor-joran "bakar duit" supaya konsumen tak beralih ke kompetitor.
Kompasianer, Andakah salah satu konsumen yang rajin berburu promo dari alat transaksi digital? Mari ceritakan opini dan pertimbangan Anda berburu promo. Pedulikah Anda isu keamanan data yang terekam dalam alat transaksi digital? Dan bagaimana pendapat Anda mengenai perang promo penyedia transaksi elektronik ini?
Bagikan cerita Anda di Kompasiana dengan menyematkan label Perang Promo Tekfin (menggunakan spasi) pada tiap artikelnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H