Hampir pasti kita tahu nama tokoh atau karakter komik daripada pernah membaca komiknya, bukan? Sebut saja Gundala, Sri Asih, Si Buta dari Gua Hantu, dan masih banyak lagi.
Memang, kehadiran komik-komik lokal kurang dapat bersaing dengan gempuran komik yang berasal dari Jepang atau Amerika sekalipun.
Namun, sejak munculnya film "Gundala", masyarakat kita seperti disadarkan (kembali) bahwa komik-komik lokal masih ada dan harapan untuk bersaing itu muncul.
Baca juga:Â 10 Tahun Kompasiana: Terlahir Sebagai Kata, Tumbuh Menjadi Cerita.
Apalagi kini karena diperkenalkan lewat film, jadi banyak lagi orang-orang baru --yang notabene bukan zamannya ketika komik Gundala diterbitkan.
Untuk itulah kami coba merangkai kembali opini maupun reportase dari Kompasianer mengenai perkembangan komik lokal yang kita kompilasikan ke dalam collaries.
Berangkat dari itu kita jadi tahu: seberapa besar peluang komik lokal dapat berkembang dan bersaing dengan komik maupun komikus yang selama ini kita baca itu.
Baca juga:Â Hidup dari Ngeblog
Ternyata komik-komik lokal, tanpa kita sadari telah banyak berbicara di jagat Internasional seperti studio AIU Comic di Bandung yang telah membuat "The Chronicler of Marad".
Ada juga beberapa masukan dari Kompasianer dalam lebih mendekatkan komik-komik lokal kepada pembaca baru, selain lewat film.
Kami sadar, perjalanan itu masih panjang. Tidak mudah, tapi kami sangat mendukung dengan keberadaan komik dan komikus lokal yang akan terus berkembang.