Sebagai pengguna teknologi, sudah sepantasnya kita membekali diri dengan seluk beluk digital guna menjadi warganet yang waspada dan bertanggung jawab. Tetapi, memproteksi diri saja tidak cukup. Kita perlu menularkan literasi digital ini kepada anak.
Tanpa edukasi dari orang tua, anak tak memiliki rambu, kapan ia dapat menggunakan gawai dan kapan harus berhenti. Bisa-bisa, ia bertumbuh tanpa kecerdasan emosional yang cukup lantaran terlalu sering menggunakan gawai alih-alih berinteraksi dengan teman seusianya.
Contoh lain ialah tentang privasi. Orangtua perlu menjelaskan kepada anak tentang ngerinya risiko membagikan foto pribadi di media sosial. Bagaimanapun juga, predator anak kini berkeliaran di dunia maya, siap meneliti keseharian anak kita.
Di sisi lain, kita tak menampik fakta bahwa secara umum masyarakat kita belum semuanya memiliki akses terhadap literasi digital. Jangankan mengedukasi anak, orangtua pun banyak yang kerap terjebak dalam konten negatif atau malah mendahulukan urusannya melalui gawai daripada memerhatikan tumbuh kembang anak.
Menyambut momentum Hari Anak Nasional yang diperingati pada 23 Juli, Kompasiana mau mengajak para orangtua untuk lebih menyadari tugasnya di era digital.
Mari saling curhat, berbagi tips dan opini mengenai peran orangtua dalam membangun kesadaran literasi bagi anak. Cantumkan label Literasi Digital untuk Anak (tanpa spasi) pada tiap artikelnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H