Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiadaÂ
Kami yakin tentu Anda pernah mendengar penggalan puisi di atas. Ya, cuplikan bait-bait puisi karya Sapardi Djoko Damono tersebut rasanya cukup familiar di kalangan generasi muda ataupun generasi di tahun-tahun sebelumnya.
Beberapa karya SDD antara lain Hujan di Bulan Juni, Yang Fana adalah Waktu, Duka-Mu Abadi, Mata Abadi, Hujan Bulan Juni, Ayat-ayat Api, dan Pingkan Melipat Jarak. Sampai saat ini, karya-karya SDD telah diterjemahkan ke bahasa daerah dan beberapa bahasa asing. Tak hanya puisi, SDD juga kerap menuliskan cerita pendek, esai, kritik sastra, sejumlah artikel di surat kabar, hingga menerjemahkan karya penulis asing.
Soal menuangkan sebuah rasa dan peristiwa tidak melulu hanya lewat goresan tangan atau larik-larik puisi saja. Tapi kerapkali hal tersebut diterjemahkan dalam gerak tubuh, melalui seni teatrikal misalnya.
Sudah hampir 30 tahun berdiri, saat ini kelompok teater pantomime Sena Didi Mime berada di bawah pimpinan sutradara Yayu Unru. Sena Didi Mime tetap memiliki jati diri dan keunikannya tersendiri, tidak hanya sebagai kelompok teater pantomim saja tetapi juga melibatkan dialog dan interaksi dalam suguhan pertunjukannya. Yang berbeda hanyalah bentuk pertunjukannya yang semakin minimalis dan efisien, tidak lagi melibatkan lebih dari 10 pemain di atas panggung.