Setelah mengundang pro kontra melalui kebijakan full day school, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, belum lama ini kembali mencetuskan gagasan baru yakni guru harus bekerja dan berada selama delapan jam di sekolah.
Kebijakan ini ditujukan khususnya pada guru yang telah mendapatkan tunjangan profesi setiap bulannya. Alasan lainnya adalah jam kerja ini digunakan sebagai tolok ukur profesionalitas guru.
Namun seperti biasa, setiap kebijakan baru tentu mengundang banyak pendapat dari berbagai pihak, termasuk wacana kebijakan guru delapan jam ini. Kompasianer pun turut mengutarakan pendapat mereka melihat wacana ini. Berbagai sudut pandang diulas dalam artikel yang komperhensif dan tentu saja mencerahkan pembaca. Dan berikut ini adalah tiga ulasan terpilih yang tentang pandangan terhadap wacana kebijakan guru delapan jam dari Kompasianer.
1. Delapan Jam Berada di Sekolah dan Total Profesional, Sanggupkah?
Achmad sendiri menyatakan ia mendukung kebijakan ini agar diterapkan secara total, tidak setengah hati seperti wacana full day school yang kemudian hanya berujung pada kesalahpahaman. Profesionalisme guru harus jelas dengan dipetakan skala ruang dan waktu yang kemudian diukur objektivitasnya.
2. Guru 8 Jam Kerja, Kuantitas atau Kualitas?
Menurutnya, sebenarnya bukan hal besar ketika seorang guru diwajibkan berada di sekolah selama delapan jam namun pemerintah harus adil dalam melaksanakan kewajibannya. Harus ada penyesuaian tunjangan yang diberikan kepada guru. Pasalnya selama ini tunjangan yang diberikan terbilang cukup kecil jika dibandingkan dengan Pegawai Negeri Sipil non guru.
Jika memang pemerintah berniat untuk memberikan penghargaan kepada profesi guru, seharusnya langsung memberikan tanpa kemudian memberikan banyak aturan-aturan tambahan yang justru menambah beban pendidik dan pada akhirnya belum tentu semua guru pasti akan menerima tunjangan sertifikasi, padahal jika guru 8 jam ini berlaku maka yang belum mendapat tunjanganpun juga terkena dampaknya
3. Mendikbud, Sekolah Seharian serta Guru Delapan Jam di Sekolah
Kelebihan yang bisa didapat dari kebijakan ini antara lain; guru memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan kegiatan belajar mengajar. Selain itu para guru juga memiliki kesempatan pendekatan pada murid dengan lebih optimal. Misalnya siswa siswi biasanya pulang pada pukul 13 atau 14 dan jadwal kepulangan guru yaitu pukul 15. Ada waktu pembinaan yang bisa dialokasikan untuk pendekatan pada siswa.
Namun di sisi lain ada kendala yang bisa dihadapi jika wacana ini kemudian benar-benar diterapkan. Misalnya, berbicara soal kreativitas guru. Dengan berada selama delapan jam di sekolah tidak menjamin akan membuat guru atau kepala sekolah semakin kreatif membuat kegiatan belajar mengajar semakin efektif. Selain itu ada pula guru yang memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika wacana delapan jam di sekolah ini diterapkan bisa jadi para guru yang juga menggantungkan hidupnya dari pekerjaan sampingan tersebut akan kehilangan salah satu penghasilannya.