"Fakta tersebut saya cermati dari perjuangan dan performance BG sejak ditetapkan tersangka, fit n proper test, proses pra peradilan, Batalnya status tersangka, Tidak jadi dilantiknya sebagai Kapolri dan sebagai Wakapolri dari 2 Kapolri yg berbeda. BG tetap solid dan komit dengan posisinya. That fact, don't talk 'supernatural,' let alone slander for our country," tulis Azril.
Sosok BG di mata publik memang cenderung lebih dikenal karena kasus yang membelitnya saat pencalonan Kapolri 2015 silam. Mungkin karena faktor ini pula dalam jajak pendapat yang dilakukan Kompasiana, suara yang menyatakan penolakan terhadap BG lebih besar.
Salah satu yang menyatakan ketidaksetujuannya adalah Junaidi Simun. Bahkan ia juga merasa pesimistis BG kompeten untuk mengendalikan BIN.
"Walaupun bintang 3, tapi minim pengalaman di dunia intelijen. Belum pernah memimpin lembaga intelijen di institusi kepolisian," tulisnya singkat.
Memang, reputasi ini cukup banyak membuat pertanyaan. Bahkan pengamat Politik dari Lingkar Madani, Ray Rangkuti pun ikut bersuara. Ia mempertanyakan di mana kelebihan Budi Gunawan sehingga pantas menjadi Kepala BIN.
Apalagi, tidak ada penjelasan dari presiden mengapa sosok Budi yang ditunjuk sebagai pengganti Sutiyoso.
"Harusnya bisa ditunjukkan ke publik di mana yang dianggap Sutiyoso enggak mampu dan oleh karena itu Kepala BIN lebih tepat diemban oleh Budi Gunawan," kata Ray Rangkuti di Jakarta, Jumat (2/9/2016) dikutip dari Kompas.com
Ray menilai, tidak adanya penjelasan yang pasti dari pihak Istana menandakan bahwa penunjukan Budi sebagai Kepala BIN lebih dilandasi oleh alasan politis dibandingkan alasan kinerja.
"Harusnya kan tinggal dijelaskan saja, alasannya apa? Keunggulan Budi Gunawan dimana? Tantangan kita apa sehingga Budi Gunawan jadi kepala BIN?" ucap Ray.
Selain itu, Kompasianer Pasial Amri pun menyatakan ketidaksetujuannya pada pengangkatan Budi Gunawan sebagai Kepala BIN ini. Bahkan menurutnya masih banyak sosok lain yang jauh lebih kompeten dan bersih dibandingkan BG.
"Yang lain, lebih baik dan lebih bersih masih banyak kok. Kenapa kasus yang besar yang dulu menghebohkan jagad ini dilupakan banyak orang ya?" tulis Paisal.