Untungnya reaksi pemerintah waktu itu cukup cepat, untuk menanggulangi bencana ini dan pemulihannya.
2. Mengenang Gempa Tektonik 2006 di Yogyakarta dan Sekitarnya (1)
Joko Martono merekam bencana ini dalam ingatannya. Beberapa saat setelah gempa, listrik di semua tempat padam seketika, sambungan telepon terputus, termasuk penggunaan telepon selular macet total, tak berfungsi sehingga kontak ke luar daerah bencana sulit dilakukan. Komunikasi berhenti, sementara upaya pertolongan terhadap para korban terus berlangsung.
Di tengah para warga yang bersedih dan duka merenungi nasib keluarga yang menjadi korban, serta hancurnya harta benda, secara tiba-tiba muncul isu/rumor atau desas-desus bahwa segera datang tsunami.
Beruntung bagi masyarakat Yogyakarta dan sekitar yang masih berpola pikir rasional, mereka tidak goyah atas hembusan informasi tak bertanggung jawab tersebut.
Malam pertama sesudah gempa menurut Joko, di tengah gelap gulita dan guyuran hujan deras malam hari, rasa panik masih mencekam karena gempa-gempa susulan, medium radio menjadi satu-satunya sarana untuk mengakses informasi yang dibutuhkan masyarakat di lokasi gempa.
Dari pengamatan Joko langsung ke lokasi bencana, bangunan yang tampak mengalami kerusakan akibat gempa adalah Kampus STIE Kerja Sama di Jalan Parangtritis Yogyakarta, tembok/gedungnya rontok, Gedung BPKP yang letaknya juga di Jalan Parangtritis bangunan menjadi miring, rusak berat. Bandara Adisutjipto lumpuh setelah terminal penumpang domestik ambruk.
Hingga hari kedua setelah gempa, korban tewas mencapai 4.374 orang. Sementara korban luka berat dan ringan di seluruh lokasi gempa diperkirakan lebih 20 ribu orang.
Berdasarkan laporan Joko yang langsung menuju ke lokasi gempa di Bantul (28-29 Mei 2006), khususnya di Kecamatan Sewon, Jetis, Pleret, Imogiri, Pundong, Kretek hampir semua korban gempa mulai mendapat pertolongan.
Dalam pengamatannya Joko melihat, distribusi bantuan akomodasi serta logistik melalui jalur formal nampak belum berjalan optimal, belum merata memenuhi kebutuhan para korban seperti diharapkan. Khususnya di daerah-daerah yang tidak terjangkau kendaraan roda empat dan berada di pelosok dusun, hanya memperoleh bantuan dalam jumlah sangat terbatas.
Hingga hari ketiga pascagempa, korban tewas di DIY dan Jateng terus bertambah. Hingga pukul 23.00 wib tercatat korban tewas sebanyak 5.162 orang.