Tentu bukan hanya argumen positif yang muncul ketika statement "Kuliah di luar negeri menjamin masa depan" dilontarkan. Respon bertentangan juga kemudian hadir dalam pro kontra ini. Salah satunya adalah Serevinna Simanjuntak, menurutnya kuliah di luar negeri bukan merupakan sebuah jaminan untuk masa depan.
"Kuliah di luar maupun dalam negri bukan penjamin, walaupun dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi sesorang, baik itu pengaruh baik atau buruk," ungkapnya.
Hal ini dinilai karena kesemua itu kembali pada masing-masing individu. Segala kemampuan yang didapat akan terbuang percuma jika saja individu yang bersangkutan tidak bisa memaksimalkan kelebihan tersebut.
Suripman juga menjadi salah satu Kompasianer yang menentang anggapan ini. Bahkan menurutnya tidak ada korelasi antara tempat di mana ia kuliah dengan kualitas pribadi seorang individu.
"Kemampuan bahasa asing, networking, kecerdasan emosi dan semua hal yang berkaitan dengan kualitas pribadi tidak berkorelasi langsung dengan di mana orang kuliah. Mungkin kuliah di luar negeri adalah salah satu faktor dari sekian faktor penunjang kualitas pribadi seseorang, tapi bukan merupakan faktor penentu," ungkapnya.
Meski dalam jajak pendapat ini pendidikan di luar negeri dianggap lebih menjamin masa depan, sebenarnya tidak menutup kemungkinan untuk lulusan-lulusan perguruan tinggi dalam negeri untuk berkarir dan lebih diperhitungkan oleh perusahaan. Yang terpenting adalah bagaimana mengaplikasikan pendidikan yang telah mereka dapatkan dengan tepat. (YUD)