Namun hal ini dinilai Daniel Oslanto sebagai gimmick dan sikap "panas-panas tahi ayam." Meski demikian memang tidak ada yang salah dengan niat Menpora jika dipandang dengan kacamata profesional. Dan bukan tanpa sebab Menpora bersikap seperti ini. Setidaknya Daniel menuliskan ada beberapa contoh yang sempat "booming" adalah bukti nyatanya.
Pertama, pembekuan PSSI masih tidak menemui titik kejelasan, sudah setahun lebih berlalu, masih tanpa perkembangan signifikan.
Kedua, wacana mengenai Indonesia melakukan pergelaran MotoGP 2017. Semua pihak begitu antusias begitu pemerintah dalam hal ini kemenpora berhasil meyakinkan Dorna, pengelola MotoGP untuk memberikan jatah menjadi 'host' kepada Indonesia.
Ketiga, masalah terkait Rio Haryanto berlaga di ajang Formula-1 (F-1). Meski penuh dengan pro dan kontra, lagi-lagi Kemenpora mengumumkan niat untuk membantu Rio agar bisa tampil dengan menyediakan dana bagi Rio.
Kali ini, masyarakat disuguhi dagelan wacana pelatih kelas dunia (Baca: Mourinho atau Hiddink) akan 'sudi' melatih Timnas Indonesia yang 'belum' diakui (kembali) oleh FIFA.
3. Tombol On untuk PSSI, Upaya Merobohkan Broken Culture
Seperti itulah yang dituliskan Kompasianer Ofing dalam artikelnya. PSSI juga adalah organisasi yang memiliki tanggung jawab pada semua aspek sepak bola di Indonesia, pun memiliki budayanya sendiri. Entah budaya seperti apa, yang jelas output PSSI banyak yang layak disebut tragedi ketimbang prestasi.
Singkat kata, mungkin karena terlalu ruwetnya budaya organisasi PSSI. Imam Nahrawi lalu menekan tombol off saja, mempetieskan PSSI. PSSI beku di peti es. Sambil terus bergerilya mencari celah untuk membangunkan kembali PSSI.
Maka cara paling cepat untuk revolusi adalah merobohkan budaya lama dengan membuat pondasi budaya baru. Tekan tombol Off kemudian On. Ketika sistem mandeg, akibat budaya organisasi yang coreng moreng, kelunturan keyakinan untuk menghasilkan sebuah output yang terus menipis seiring waktu, memang bukan saatnya reformasi atau pun evolusi tapi sebuah revolusi budaya organisasi, yang disebut Jokowi sebagai revolusi mental.
Jika individu-individu yang telibat membentuk budaya PSSI sebelumnya masih ingin berkuasa, Menpora tak akan sungkan menekan kembali tombol off.