Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

3 Pandangan tentang Pemblokiran Game oleh KPAI

11 Mei 2016   10:00 Diperbarui: 12 Mei 2016   11:50 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi game online. sumber: digitaltrends.com

KPAI beberapa waktu lalu merilis 15 daftar nama game yang direkomendasikan untuk dilakukan pemblokiran. Kebijakan ini muncul dengan tujuan menghindarkan anak-anak dari konten berbau kekerasan.

Namun wacana kebijakan ini kemudian mengundang berbagai reaksi. Para penggemar video game mengatakan bahwa kebijakan yang diambil KPAI tidaklah tepat. Karena tindakan pemblokiran game ini hanya melihat dari satu sudut pandang dan tidak memperhatikan sisi positif dari game itu sendiri.

Tapi tidak sedikit juga yang mendukung KPAI untuk merekomendasikan pemblokiran ini pada lembaga yang berwenang seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Puncaknya adalah ketika situs resmi KPAI diretas. Aksi peretasan ini dianggap sebagai bentuk protes atas kebijakan yang dianggap terlalu dini untuk dilontarkan. Melihat polemik ini, Kompasiana juga kemudian mengajak Kompasianer untuk menyuarakan pendapatnya tentang pemblokiran video game online. Dan berikut ini adalah 3 pandangan mengenai tindakan KPAI yang "mengharamkan" video game online di Indonesia.

1. Blokir-blokir "Demi Anak2" Bukan Solusi, Ini Solusinya!

want-to-avoid-getting-banned-on-social-media-learn-the-rules-93c6a86a7e-57329f4463afbd49048b4570.jpg
want-to-avoid-getting-banned-on-social-media-learn-the-rules-93c6a86a7e-57329f4463afbd49048b4570.jpg
Ilustrasi pemblokiran. Mashable.com

Ada banyak anak kecil yang menonton film dewasa di bioskop. Bahkan tidak sedikit anak-anak yang sudah merasakan asap rokok dan minuman keras. Kondisi ini disoroti oleh Yuma Setiawan dan kemudian ia mempertanyakan keefektifan pemblokiran konten yang dilakukan oleh beberapa lembaga.

Menurutnya, cara memblokir konten negatif yang lebih efektif bukanlah dengan menghilangkan konten tersebut dari peredaran. Namun dengan menanamkan sugesti pada otak anak bahwa "jangan pernah melakukan hal itu".

Ia juga kemudian mengaitkan dengan program Revolusi Mental. Bukan revolusi mental yang didapat jika pola pikir seperti ini masih ada. Yang ada adalah "mempertahankan mental." Revolusi mental seharusnya dapat mengubah sifat anak-anak untuk tidak melakukan hal yang salah.

Jika revolusi seperti itu terjadi maka tidak perlu lagi ada rasa cemas atau takut. Mental anak-anak kemudian akan paham jika hal negatif yang mereka lihat sangat tidak layak untuk ditiru.

Yuma juga memberi usulan solusi lain yaitu dengan membuat sebuah denda bagi warnet atau tempat lain yang mengizinkan anak di bawah umur bermain video game online. Bahkan menurutnya sistem denda seperti ini akan membuat jera para penyedia jasa internet yang minim pengawasan.

2. Bijak Memahami Game, Sebuah Kritik Bagi Kemendikbud & Orang Tua

zmesciencedotcom-571f189f0ab0bd3307abb019-57329f70f39673e804d23860.jpg
zmesciencedotcom-571f189f0ab0bd3307abb019-57329f70f39673e804d23860.jpg
Ilustrasi game dan kekerasan. zmescience.com

Kompasianer Samuel Henry bercerita, ia melihat sebuah poster berisikan 15 daftar game yang akan diblokir KPAI dan di bawahnya terdapat tulisan "Selamatkan anak dan cucu kita."

Poster ini membuat Samuel tersenyum kecut. Pasalnya, pada 15 daftar judul game yang disebutkan seluruhnya memang bukan untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Memang, video game adalah produk berbasis teknologi dan tentu saja ada sisi positif dan negatifnya. Namun ia mempertanyakan, mengapa hanya sisi negatif yang ditonjolkan.

Sebenarnya dalam proses produksi dan penjualan video game, ada rating tertentu yang diberikan di setiap judul. Rating inilah yang menjadi acuan apakah game tersebut layak dimainkan oleh anak atau hanya boleh jika telah melewati batas usia tertentu.

ESRB (Entertaiment Software Rating Board) adalah salah satu lembaga yang memiliki legalitas memberikan rating pada sebuah judul video game. Rating ini sebenarnya mempermudah pengawasan orangtua pada anaknya.

Selain itu, peran orang tua dalam mengawasi perkembangan menempati posisi yang sangat penting. Ada juga beberapa rekomendasi untuk orangtua sebagai panduan praktis dalam mengawasi anak bermain game, di antaranya adalah disiplin dalam jadwal dan durasi penggunaan, keseimbangan dalam penggunaan video game, batasi pemakaian antara 1-2 jam setiap hari dan upayakan menemani anak bermain video game dalam beberapa waktu.

3. Permainan Tradisional vs Gadget

permainan-anak-lokasi-foto-kab-maros-maman-sukirman-small-preview-57329fe5c4afbd781fbbe230.jpg
permainan-anak-lokasi-foto-kab-maros-maman-sukirman-small-preview-57329fe5c4afbd781fbbe230.jpg
Ilustrasi permainan tradisional. maricari.com

Tidak bisa dipungkiri, dunia anak zaman sekarang sangat berbeda dan jauh lebih modern. Dahulu, pola permainan masih sangat tradisional dan sangat berbanding terbalik dengan permainan anak saat ini.

Menurut RM TPA II pada masa sekarang, anak-anak usia dini sudah mengenal dan bukan barang baru lagi jika gadget dipilih sebagai permainan. Dan tidak jarang orang tua yang dengan mudah memberikan gadget untuk anaknya.

Secara psikologis anak yang sering bermain gadget akan berpengaruh pada sikapnya. Anak lebih menyukai kesendiriannya daripada harus bersosialisasi dengan teman-temannya.

Melihat hal ini, RM TPA II merasa setuju jika pemblokiran game dilakukan. Memblokir game yang tidak edukatif ini dapat mengurangi kecanduan pada anak dan bisa meningkatkan prestasi belajar.

Menurutnya, jika KPAI melakukan pemblokiran game berarti KPAI telah melakukan survei dan melihat dampak negatif atau postifnya game tersebut pada anak.

Bila game yang bisa membuat sikap si anak ke arah negatif berarti sah sah saja bila KPAI melakukan pemblokiran tersebut. Karena usia anak-anak sangatlah rentan dengan game-game tersebut.

Bukan tidak membolehkan anak untuk menggunakan gadget atau menjauhkannya dengan sungguh-sungguh dan malah membuatnya tidak mengetahui tentang teknologi saat ini. Tetapi adalah, gunakan gadget itu  dengan baik, benar, untuk edukasi, dan yang terpenting adalah orang tua harus menemanki mereka saat bermain. Mengapa? karena pengawasan itu penting agar tidak keblabasan.

-----

Itulah beberapa pandangan Kompasianer tentang pemblokiran 15 judul video games yang dilakukan KPAI. Jika Anda masih memiliki opini tentang pemblokiran ini, sertakan label Pemblokiran Game pada artikel Anda. (YUD)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun