Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Layakkah Ani Yudhoyono Jadi Bakal Capres untuk Pilpres 2019? Inilah Pendapat Kompasianer!

2 April 2016   20:27 Diperbarui: 2 April 2016   20:41 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto Ani Yudhoyono sebagai Capres tersebar di media sosial. Sumber: print.kompas.com"][/caption]Calon Presiden Partai Demokrat 2019, begitulah tertulis pada foto Ani Yudhoyono yang belakangan beredar luas di internet. Ya, dari foto tersebut terindikasi bahwa istri dari Presiden Republik Indonesia keenam ini akan maju sebagai bakal calon presiden dalam Pemilu 2019 mendatang. Tidak jelas sejak kapan gambar tersebut beredar di internet, namun menurut beberapa media daring (online), gambar ini dibuat oleh tim DPP Partai Demokrat.

Pengusungan Ani Yudhoyono untuk bertarung sebagai calon presiden dalam pemilu mendatang mengundang segudang perbincangan. Komentar positif dan negatif muncul dari berbagai kalangan. Ada pihak yang mengecam rencana pengusungan ini, ada juga pihak yang mendukung. Tentu saja tidak menutup kemungkinan kedua pihak memiliki kepentingan politik di baliknya.

Kabar ini kemudian beredar ke setiap sudut Nusantara dengan cepat. Media daring membantu foto ini meluas bak jamur di musim hujan. Namun, setelah menuai berbagai respons, SBY mengklarifikasi kabar ini. "Saya klarifikasi dan tegaskan, Demokrat belum menyiapkan seorang pun calon Presiden," kata SBY dikutip dari Kompas.com, Minggu (20/3/2016).

Pernyataan tersebut mampu meredam berbagai opini publik yang bermunculan saat kabar pencalonan tersebut beredar. Memang hingga saat ini PD belum menentukan calon Presiden untuk Pemilu 2019 mendatang, namun tidak menutup kemungkinan bahwa Ani Yudhoyono adalah salah satu nama yang akan diusung.

Tanggapan bermunculan tidak hanya dari praktisi dan para politis. Kompasianer juga memiliki opini tersendiri. Pada 17 hingga 21 Maret kemarin Kompasiana membuat polling Pro-Kontra perihal pencalonan ini dan menyajikan pernyataan berbunyi "Ani Yudhoyono Bakal Capres Ideal dari Demokrat." Hasilnya, sebanyak 14 Kompasianer menentukan sikap dengan rincian 7 Kompasianer pro terhadap pernyataan tersebut, sedangkan 7 lainnya kontra.

"Dengan demikian, Demokrat pasti kalah, tak mungkin berkuasa lagi. Sehingga semakin mudah mengusut tuntas kasus Hambalanga, dll," ujar Radix WP Ver 2 berkomentar pada kolom Pro.

Selain itu kabar pencalonan ini dirasa sah-sah saja karena setiap WNI berhak menggunakan hak-hak politiknya, termasuk menjadi calon Presiden, menurut Arrie Boediman La Ede. Sedangkan John Brata memiliki pandangan berbeda. Ia menekankan nada tidak setuju jika benar Ani Yudhoyono menjadi calon Presiden. "Gak usahlah, mending urus cucu," katanya singkat.

Senada dengan John, Satria Zulfikar Rasyid juga memiliki pandangan yang sama. Ia menilai kabar pencalonan ini malah akan merusak elektabilitas partai. "Hanya akan hancurkan elektabilitas, dan sia-sia yang didapatkannya. Karena elektabilitas Ani bahkan jauh di bawah dari pejabat regional," tulis Satria.

Memang benar, jika kemudian Ani Yudhoyono dicalonkan sebagai presiden dalam pemilu mendatang, elektabilitasnya akan dipertanyakan. Bahkan, sejauh ini gaung pengalaman berpolitik belum santer terdengar, bahkan nyaris tidak ada. Kendati demikian, Kompasianer Ary Gunawan tetap mengulurkan dukungannya kepada wanita yang berjejaring sosial Instagram ini. Menurut Ary, tidak masalah jika memang akan menjadi calon presiden karena setiap warga negara memiliki hak untuk berpolitik. "Boleh-boleh saja. Hak warga negara untuk berpolitik. Kompetensi dan kapabilitas yang menentukan," ujarnya.

Sangat menarik untuk terus mengikuti kabar pencalonan Ani Yudhoyono sebagai bakal calon presiden dalam Pemilu 2019 mendatang. Karena dengan begitu, peta persaingan akan semakin ketat, pertarungan akan semakin ramai dan publik tentu saja memiliki opsi yang lebih banyak untuk dipilih. (yud)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun