[caption caption="Demonstrasi di Hari Perempuan Internasional. Sumber: antarafoto"][/caption]8 Maret menjadi hari besar bagi kaum hawa di seluruh dunia. Pada tanggal ini sejak 1974 silam telah ditetapkan sebagai International Woman's Day atau Hari Perempuan Internasional. Sejatinya, hari spesial ini dicanangkan agar seluruh wanita di dunia dapat mencapai kesetaraan dengan kaum adam, tanpa adanya diskriminasi, pengucilan atau tindakan lain yang dianggap menyisihkan para wanita.
Tidak sedikit kasus kriminal yang melibatkan wanita sebagai korban seperti pembunuhan, diskriminasi, hingga kekerasan seksual. Seperti pada kejadian 8 Maret 1857 silam. Kala itu para buruh wanita di sebuah pabrik tekstil mengadakan protes besar-besaran lantaran gaji yang rendah dan kondisi kerja yang buruk. Saat itu polisi melakukan penyerangan dan melakukan pembubaran secara paksa. Hingga pada akhirnya PBB memutuskan bahwa 8 Maret menjadi tanda kebangkitan para kaum hawa di dunia.
Hari Perempuan Internasional juga menandai keberhasilan perempuan di bidang ekonomi, politik dan sosial. Oleh karenanya hari tersebut juga sangat layak untuk diingat dan diabadikan dalam sebuah catatan. Berikut ini adalah 5 catatan Kompasianer dengan topik pilihan Hari Perempuan Internasional.
1. Hari Perempuan Internasional: Perempuan (Masih) dalam Petaka Penindasan
[caption caption="Demonstrasi PRT di Hari Perempuan Internasional. Sumber: kompas.com"]
Ya, Qory menilai bahwa secara garis besar perempuan masih berada dalam kondisi penindasan. Upaya penyetaraan hak-hak perempuan kemudian dijembatani oleh adanya sistem demokrasi. Demokrasi ini setidaknya membuat perempuan tidak lagi berteriak melawan ketimpangan relasi.
Kendati demikian, ternyata "kran" demokrasi ini bukanlah jawaban. Menurut Qory, perspektif keadilan dan kesetaraan perlu dipahami oleh perempuan itu sendiri. Perjuangan menuju kesetaraan memang sebuah proses panjang dari sejarah yang bertahan hingga sekarang. Bahkan, pemenuhan hak terhadap perempuan juga masih dilakukan setengah-setengah oleh pemerintah. Padahal, negara harus melindungi rakyatnya dan perempuan adalah bagian dari rakyat.
2. Internasional Women Day: “Susahnya” menjadi Perempuan
[caption caption="Bentuk tuntutan agar perempuan bisa disejahterakan. Sumber : foto.kompas.com"]
Paradigma seperti ini kemudian membentuk kotak-kotak gender yang saling memisahkan. Melawan kotak-kotak gender ini sangatlah tidak mudah. Apalagi untuk mereka yang lingkungannya masih menjaga tradisionalitas. Meski demikian perempuan juga berhak mendapatkan apa yang ingin mereka wujudkan. Perempuan pantas untuk bermimpi setinggi-tingginya dan menggapainya satu persatu. Perempuan layak untuk berjuang agar haknya setara dengan pria.
3. Perempuan Pengunjung Makam Kuno Kota Gede Pada Malam Jumat Kliwon
[caption caption="Ilustrasi "kupu-kupu malam". Sumber: kompas.com"]
Dalam artikelnya ia mendeskripsikan seperti apa suasana malam hari di sana. Di lokasi wisata ini ada juga pemandian yang kabarnya dapat membuat awet muda. Banyak wisatawan yang mencoba mandi di dalamnya. Bahkan tidak sedikit juga para "kupu-kupu malam" yang ada di sekitar lokasi juga menggunakan pemandian ini agar tetap terlihat awet muda dan ramai "pelanggan". Meski demikian, Nanang meyakini bahwa perempuan-perempuan yang ia temui di sepanjang lokasi tersebut adalah pahlawan bagi keluarga mereka. Mereka mencari nafkah bukan hanya untuk dirinya sendiri.
4. Kondisi Gerakan Perempuan yang Dihadapi Saat Ini di Indonesia
[caption caption="Buruh perempuan menuntut kesejahteraan. Sumber: tribunnews.com"]