Sejak beredarnya berita tentang kematian Mirna, kasus ini rupanya menyita perhatian publik dan menanti kabar bak benang kusut ini segera terurai.
Dua puluh hari sejak kematian Mirna, pihak kepolisian pun belum juga menetapkan siapa yang menjadi tersangka. Dalam pengamatan Mike Reyssent di berbagai media, setiap hari polisi terlihat “hanya” sibuk membuat statement di media, beradu argumen (debat kusir) dengan pengacara saksi dan menggiring opini publik.
Mike pun mempertanyakan, apakah sepenting itu Polisi setiap hari (bahkan sehari bisa lebih dari dua atau tiga kali) membuat statement di media? Apakah tidak sebaiknya polisi lebih mengedepankan kerja secara taktis dan praktis ketimbang bikin rumor terus?
Masyarakat pun berharap Polisi tidak melampaui batas kewajaran.
[caption caption="KOMPAS/IWAN SETIYAWAN"]
5. Kasus Kopi Bersianida: Pengamat dan Media Latah, Masyarakat Dirugikan
Dari banyak suara yang berserakan di media tentang kasus Mirna ini, ada hal yang menggelisahkan Hendra Wardhana menyoal kekeliruan media-media yang mengutip dan mengabarkan kepada masyarakat secara berulang-ulang.
Salah satu kekeliruan logika yang disuguhkan oleh beberapa media dan pengamat dalam kasus kopi sianida adalah perihal konsentrasi sianida. Kepolisian menyebutkan konsentrasi sianida pada minuman kopi Mirna sebesar 15 gr/L. Akan tetapi, banyak media dan pengamat tersesat dengan menyebutkan “ada 15 gram sianida di kopi Mirna”.
Dalam analisis Hendra Wardhana, besarnya konsentrasi 15 gr/L adalah bahasa perbandingan antara 15 gram sianida dalam 1 liter minuman kopi. Tidak ada yang salah dengan angka ini karena konsentrasi memang sebaiknya dituliskan dalam bilangan yang bulat dalam satuan yang lazim berlaku secara internasional maupun menurut kaidah ilmu pengetahuan.
Besaran 15 gram bukanlah jumlah faktual sianida di dalam minuman kopi Mirna. Jumlahnya jauh di bawah itu karena volume kopi Mirna juga tak sampai 1 liter. Sayangnya, perihal makna konsentrasi yang gagal dipahami ini kemudian dijadikan salah satu premis untuk menyusun berbagai analisis oleh pengamat dan media.
6. Menguak Sisi lain Munir
Sembari menyisir kasus kematian Mirna dan kopi sianida, tak ada salahnya berteduh sejenak merenungi sosok korban kasus pembunuhan berbahan zat kimia arsenik. Munir, ialah aktivis HAM yang terbunuh di dalam kabin Garuda Indonesia yang hendak mereguk impian di Universitas Utrecht, Belanda.
Rushan Novally pun tak perlu berlelah-lelah mengupas kembali sepak terjang pejuang kaum buruh ini. Namun tulisannya kali ini menyoroti tentang Munir sebagai pribadi, yakni Munir sebagai manusia pada umumnya.