Petisi yang dibuat ditujukan untuk mendesak Presiden sebagai pemegang tertinggi kekuasaan atas eksekutif dan Polri agar membubarkan serta menindak seluruh ormas radikal yang ada di negeri ini.
“Ormas-ormas radikal ini tentu melakukan kaderisasi secara radikal pula. Mengutip pernyataan Ketua PBNU Said Aqil Siradj bahwa pembiaran terhadap radikalisme akan menumbuhsuburkan gerakan terorisme, maka bibit-bibit terorisme harus diberantas sejak dini tanpa pandang bulu.”
***
Hari itu, 14 Januari 2016, Jakarta seperti bergerak amat lambat. Sepertinya khusus di hari itu, waktu tidak sebatas 24 jam. Hari itu, Jakarta seperti tidak kenal sudah. Media terus memberitakan seharian, orang-orang ramai membincangkan; hampir tidak ada yang (tidak bisa) diam.
Hari itu juga, kita seperti kembali membaca sajak W.S. Rendra: Bulan Kota Jakarta.
“Bulan telah pingsan
di atas kota Jakarta
tapi tak seorang menatapnya
Bulannya! Bulannya!
Jamur bundar kedinginan
Bocah pucat tanpa mainan
Bulanku! Bulanku!
Tidurlah, sayang di hatiku!”
Sebuah sajak yang ditulis Rendra pada tahun 1950an itu, rasa-rasanya belum berubah sama sekali. Terlebih di Jakarta pada tanggal 14 Januari 2016. (HAY)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H