[caption caption="TRIBUN MEDAN / RISKI CAHYADI - Badan pesawat Hercules C-130 TNI AU yang jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, 30 Juni 2015."][/caption]
Anda mungkin familiar pada gambar pesawat di atas. Besar dan gemuknya pesawat Lockheed C-130 Hercules memang mudah dikenali. Pesawat terbang yang memiliki empat mesin turbopop bersayap tinggi ini memang sudah lama menjadi andalan pasukan militer di seluruh dunia.
Pesawat terbang yang muncul pertama kali dalam bentuk prototipe pada 23 Agustus 1954 di Lockheed, California, Amerika Serikat ini memang memiliki banyak keunggulan. Tidak hanya sebagai alat angkut bagi tentara dan pesawat kargo, kini pesawat Hercules juga digunakan untuk berbagai macam peran, termasuk infantri airborne, pengamatan cuaca, pengisian bahan bakar di udara, pemadam kebakaran udara, dan ambulans udara. Memiliki daya tahan yang baik dan kemampuan untuk lepas landas di landasan yang pendek juga menjadi keunggulan lain dari pesawat ini.
TNI Angkatan Udara adalah pasukan militer kedua setelah negara asalnya, yakni Amerika Serikat, yang memiliki pesawat terbang jenis ini pada tahun 1975. Indonesia menerima pesawat Hercules tipe C-130 dari pemerintah Amerika Serikat sebagai penukar tawanan perang pilot CIA, Allen Pope yang terlibat membantu pemberontakan Permesta di Sulawesi pada tahun 1958.
Kini sudah 50 tahun berlalu sejak si tubuh besar Hercules mendarat di Indonesia. Keberadaanya yang sangat membantu terutama dalam kegiatan militer, sipil, juga kemanusiaan membuat Hercules C-130 menjadi salah satu alat angkut yang masih diandalkan oleh AURI. Namun, di umurnya yang sudah menginjak 50 tahun ini juga, tidak bisa dipungkiri bahwa Hercules C-130 mulai menunjukkan kelemahannya.
Kompasianer, inilah 9 artikel pilihan yang dikurasi dari topik pilihan "Pesawat Hercules Jatuh". Artikel-artikel lainnya dapat dibaca di sini.
1. Pesawat Hercules Jatuh di Jalan Jamin Ginting, Medan
Selasa, 30 Juni 2015 ketika matahari menyinari Kota Medan dengan teriknya, sebuah peristiwa yang sama sekali tidak terduga terjadi dan menggemparkan warga di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, Sumatera Utara. Kompasianer Ardi Winata Tobing memberikan laporan tentang peristiwa jatuhnya pesawat Hercules tipe C-130. Pesawat yang akan melakukan misi distribusi logistik ini tinggal landas dari Lanud Suwondo, Medan sudah terlihat mengeluarkan asap hitam dan meledak saat di udara sebelum akhirnya terbang rendah dan menghunjam daratan. Dalam pesawat yang dikemudikan Kapten Penerbang Sandy Permana juga terdapat 12 kru yang merupakan personil TNI juga 100 orang penumpang sipil.
2. Hercules Itu Bukan Dewa!
[caption caption="Proses Evakuasi Korban Hercules Jatuh (dok. Tribunnews)"]
Dalam artikelnya, Ahmad Imam Satriya mempertanyakan SOP pemeriksaan berkala pesawat militer di bandara apakah sama dengan SOP pesawat komersial. Sebuah masalah besar jika negara tidak memiliki dana yang mencukupi untuk melakukan perawatan dan peremajaan pesawat militer yang sudah berumur 50 tahun. Keperkasaan dan keabadian Hercules seperti yang kita kenal selama ini di dunia khayal ternyata tidak berlaku dan bertolak belakang jika kita melihat apa yang terjadi dengan pesawat Hercules C-130.
3. Hercules yang Jatuh di Medan adalah Wajah TNI Angkatan Udara Kita
Lewat tulisannya, Assaro Lahagu mengungkapkan beberapa fakta di balik jatuhnya pesawat Hercules C-130 di Medan. Salah satunya yang sangat jelas menjadi sorotan publik adalah umur pesawat yang sudah sangat tua, yakni menginjak 51 tahun. Umumnya, umur pesawat angkut yang masih standar adalah paling lama 25 tahun. Hal tersebut seolah menunjukkan bahwa anggaran untuk melengkapi Alutsista yang dimiliki AU sangat minim dan memprihatinkan hingga memaksa TNI AU untuk tetap menggunakan pesawat yang sudah tua dengan alasan masih layak terbang.
4. Tragedi Hercules dan Dana Aspirasi DPR
Fakta tak terbantahkan bahwa pesawat Hercules yang jatuh di Medan, Sumatera Utara adalah pesawat yang sudah tua dan uzur secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa sistem pertahanan negeri ini masih mengandalkan alutsista rongsokan. Menurut pendapat M. Kanedi, jatuhnya pesawat Hercules bersamaan dengan isu keinginan para anggota DPR untuk meloloskan usulan mengenai dana aspirasi adalah dua ironi yang mengusik hati nurasi kita sebagai anak bangsa.
5. Hibah F-16 vs Hercules
Kompasianer Moh Rozaq Asyhari menyoroti dan membandingkan hibah pesawat yang terjadi di dua era pemerintahan negeri ini. Jika pada era Presiden Soekarno, Indonesia mendapatkan hibah pesawat Hercules keluaran terbaru yang layak terbang dan masih bisa diandalkan, bahkan digunakan selama 50 tahun, berbeda dengan era Presiden SBY yang juga memperoleh hibah pesawat F-16 C/D blok 25 yang ternyata sudah lama menjadi barang rongsokan yang terparkir di lembah sampah jet tempur, hingga untuk membuatnya menjadi layak terbang kembali pemerintah Indonesia harus mengeluarkan $500 juta USD. Sebuah hibah yang tidak lain adalah jebakan.
6. Yang Lama Dikandangkan, Beli Alutsista yang Baru
[caption caption= "Petugas berada di lokasi jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI AU di Jalan Jamin Ginting, Medan, Sumatera Utara, 30 Juni 2015. Pesawat itu jatuh dua menit setelah lepas landas dari Pangkalan Udara Soewondo pada pukul 12.08 WIB ketika hendak menuju Tanjung Pinang. (
)"]Meledaknya pesawat tempur F-16 dan jatuhnya pesawat Hercules C-130 menjadi tamparan sekaligus mengundang pertanyaan pada jajaran TNI AU, terutama ketika diketahui bahwa pesawat Hercules C-130 yang notabenenya digunakan untuk keperluan militer ternyata juga digunakan sebagai alat transportasi masyarakat sipil.
Dalam artikelnya, Imam Kodri mengemukakan pendapat, yaitu adanya kelemahan dalam hal pengawasan dan koordinasi di internal TNI AU, karena jika pengawasan dan koordinasi dilakukan secara berkala dan maksimal tentunya pesawat yang sudah berumur lebih dari 20 tahun tidak akan diberi ijin untuk terbang dan berujung pada kecelakaan. Sederet kecelakaan yang dialami oleh pesawat milik TNI AU seharusnya dijadikan momentum untuk memperbaiki lagi pola pengawasan, koordinasi, memodernisasi dan memperbaharui alutsista.
7. Mus(h)ibah
Herculles itu meminta. Adiputra udara nusantara.
141 nyawa melaju. Raga dan ruh tak lagi satu
Terpisah. Menghibah diri, tumpah tercacah
Selalu ada cara untuk menunjukkan kesedihan dan keprihatinan akan suatu peristawa, salah satunya adalah Syifa Ann yang menuangkan keprihatinannya pada tragedi Hercules C-130 dalam bentuk kata yang terangkai menjadi sebuah puisi yang indah dan bermakna.
8. Bantahan Foto Selfie Pesawat Hercules
[caption caption="Foto di Depan Puing Hercules C-130 (kompas.com)"]
Tidak hanya tragedi Hercules C-130 yang menghentak publik tapi ada kejadian lain yang juga membuat masyarakat, terutama yang menggunakan media sosial kembali menggelengkan kepala. Adalah kemunculan foto yang memperlihatkan dua orang ibu yang sedang difoto oleh seseorang berseragam Polisi dengan latar belakang puing pesawat Hercules yang jatuh di Medan.
Apa yang terlihat dalam foto itu tentu saja langsung mendapat respons negatif dari para netizen. Namun, dalam guratannya, Hardono Umardani mencoba untuk meluruskan mengenai tidak tepatnya penggunaan istilah “selfie” pada foto yang membuat geger media sosial tersebut.
9. “Hercules” Versi Tiongkok Terbang Perdana pada Tahun 2020
Meski menuai kisah pilu di langit biru Indonesia. Kemasyuran C-130 dalam dunia penerbangan seolah tak tergantikan dan membuat banyak pabrikan pesawat terbang di dunia berusaha untuk membangun pesawat airlifter sejenis. Seperti yang ditulis Shamar Khora dalam artikelnya, salah satu negara yang saat ini sedang berusaha untuk mengembangkan pesawat dengan tipe yang mirip C-130 adalah Tiongkok.
Negera Tirai Bambu tersebut saat ini sedang serius-seriusnya mengupayakan pesawat turboprop Y-30 Airlifter dapat mengudara untuk pertama kalinya pada tahun 2020.
----
Pada batang tubuh UUD 1945 hasil amandemen tahun 2000, pasal 30 ayat 2 menerangkan bahwa “Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.”
Makna yang terkandung dari uraian pasal 30 ayat 2 tersebut sangat jelas bahwa TNI adalah bagian utama dari sistem pertahanan dan keamanan Indonesia. Maka sudah selayaknya jika untuk menjalankan fungsinya tersebut TNI dibekali oleh sarana dan prasarana memadai termasuk memiliki alat utama sistem senjata (alutsista) yang tidak saja layak pakai, tapi juga memiliki daya tahan yang baik. Sekiranya rentetan peristiwa buruk yang terjadi pada pesawat andalan TNI bisa dijadikan cambuk bagi TNI sendiri dan pemerintah untuk memberikan perhatian lebih pada ketersediaan alutsista yang memadai, sebab TNI yang kuat merupakan cermin dari kekuatan bangsa Indonesia. (ndy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H