Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Pemenang Kemenparekraf Blog Competition "Kearifan Budaya Lokal"

3 Februari 2014   17:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:11 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1391424572666013918

Beragam budaya yang ada di Indonesia patut menjadi perhatian. Sebab, budaya lokal yang ada di Indonesia memang memiliki banyak keunikan-keunikan. Tak sedikit keunikan-keunikan adat isitadat yang menurut akal tidak mungkin terjadi, akan tetapi hal itu sesungguhnya memang ada. Tidak dipungkiri, bahwa dari budaya lokal dapat terciptanya harmonisasi alam dengan gaya hidup masyarakat setempat. Tak sedikit pula, masyarakat merenungi akan manfaat budaya tersebut. Terkait hal ini, sebulan yang lalu, Kompasiana bersama kemenparekraf mengajak para kompasianer untuk menuliskan kearifan budaya lokal di Indonesia. Ada sekitar 38 artikel yang terkumpul membahas tentang pengalaman kompasianer berada di lingkungan budaya yang unik. Salah satunya yang diceritakan oleh Zulfikar Akbar yang menceritakan tentang Nandong, Tradisi yang Menyelamatkan Simeulue. Nandong adalah seni tutur yang akrab dengan masyarakat Simeulue yang menggunakan alat beduk seadanya sambil menyanyikan syair-syair nandong. Nandong ini memiliki efek magis yang sulit dilukiskan. Pasalnya, tradisi ini cukup memikat perhatian dunia. Dengan cara mereka menjaga kesenian tersebut. Tak pelak, hampir bisa dipastikan, seluruh desa yang terdapat di Simeulue menghafal seluruh lirik di dalam syair Nandong ini. Maka itu, meski gempa bumi dan tsunami 2004 justru berpusat di Simeulue, tapi jumlah korban di kabupaten ini paling sedikit. Tidak hanya itu, seperti yang ditulis Mays yang berjudul Kearifan Tani – Pangan Lembata, ternyata di Nusa Tenggara Timur pun memiliki kearifan lokal dalam hal bercocok tanam. Meski NTT beriklim kering, namun masyarakat tidak putus asa. Dengan kecermatan masyarakat lokal dalam mengamati musim dan tanaman, membuat mereka menemukan cara beradaptasi. Pola bertani cara tradisional telah melampaui impian pertanian selaras alam. Sementara di Dusun Sade, sebuah dusun tradisional Suku Sasak yang terletak di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat mengenal tradisi dimana setiap lantai rumahnya dicampur kotoran kerbau. Seperti yang ditulis Lalu Abdul Fatah yang berjudul Lantai Dicampur Kotoran Kerbau? Tidak Bau, Kok! bahwa masyarakat dusun Sade memanfaatkan kotoran kerbau karena dipercaya bahwa kotoran kerbau ini mampu membuat suhu di dalam rumah tetap terjaga. Dari beberapa artikel yang terkumpul, ketiga penulis yang namanya disebut di atas adalah yang memenangkan Kemenparekraf Blog Competition "Kearifal Budaya Lokal" .

Selamat kepada para pemenang! Silakan konfirmasi diri Anda ke email Kompasiana: kompasiana[at]kompasiana[dot]com dengan subjek Kemenparekraf “Kearifan Budaya Lokal”. Jika sudah semua peserta terkonfirmasi, selanjutnya pihak customer care KOMPAS.COM akan mengubungi pemenang perihal teknis pengambilan hadiah.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun