Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Sorotan untuk Pendidikan Indonesia di Hari Pendidikan Nasional

10 Mei 2016   11:43 Diperbarui: 11 Mei 2016   03:00 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ki Hajar Dewantara. Sumber: citizennews.id

Setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Pada hari inilah saat yang tepat untuk kembali berkaca, apakah sistem pendidikan di Indonesia sudah layak atau tidak.

Sistem pendidikan dalam hal ini bukan hanya metode, cara pengajaran hingga kurikulum. Tapi termasuk juga infrastruktur, tenaga pendidik serta sumber daya lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati bertepatan dengan hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara, yang didaulat sebagai pahlamwan nasional dan dihormati sebagai Bapak Pendidikan Nasional di Indonesia.

Hari Pendidikan Nasional ini tentu menjadi momentum tepat untuk mengevaluasi pendidikan di Indonesia. Tentu saja berbagai pandangan muncul soal kondisi dan iklim pendidikan di negeri ini. Dan untuk sedikit menelisik bagaimana kondisi sistem pendidikan di Indonesia, inilah 7 artikel Kompasianer terpilih dalam menyambut Hari Pendidikan Nasional.

1. Menilik Perjuangan Pendidik yang Bukan PNS

dsc-0117-572c379cf19273711160ab03-5731651bed92731a0787efd6.gif
dsc-0117-572c379cf19273711160ab03-5731651bed92731a0787efd6.gif
Sang pengabdi. Dok. Kompasianer Achmad Saifullah W.

Salah satu rekan dari Achmad Saifullah Syahid adalah seorang pendidik. Bukan PNS, lantaran setiap kali Achmad menawarkan untuk mengikuti tes sebagai calon PNS, rekannya selalu menolak.

Memang saat ini jika dilihat, dorongan untuk menjadi seorang PNS semakin kencang. Status sosial yang lumayan mentereng di masyarakat serta jaminan hidup masa depan yang tidak perlu diragukan membuat siapa saja ingin menjadi PNS.

Namun berbeda dengan rekannya ini. Sejak tahun 1992 ia melempar diri ke dusun terpencil di Kabupaten Malang Selatan. Di sana, ia mengajar, mendedikasikan diri untuk masyarakat lokal.

Melihat pendidikan yang tidak merata di tempat itu, ia kemudian merintis taman kanak-kanak. Rekan dari Achmad ini memang "gagal" menjadi seorang PNS, tapi ia tidak gaal menjadi seorang pendidik.

2. Pendidikan Maritim untuk Anak Muda

anak-suku-bajo-berangkat-sekolah-sultra-817x404-c-5726fcc3e4afbd23072dadef-573165925a7b615a06a07a35.jpg
anak-suku-bajo-berangkat-sekolah-sultra-817x404-c-5726fcc3e4afbd23072dadef-573165925a7b615a06a07a35.jpg
Anak Suku Bajo berangkat sekolah. maritimemagz.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun