Pada awal Mei kemarin, 10 Warga negara Indonesia dari total 14 WNI awak kapal Brahma 12 dan Anand 12 berhasil dibebaskan dari jeratan kelompok teroris. Dan kemarin, Rabu (11/05/2016) Presiden Joko Widodo kembali mengumumkan bahwa 4 orang sandera lainnya telah berhasil dibebaskan. Keempat belas WNI ini merupakan korban penyanderaan yang dilakukan oleh kelompok teroris pimpinan Abu Sayyaf sejak April lalu.
Kelompok teroris ini meminta uang tebusan senilai 50 juta peso atau hampir 15 miliar rupiah untuk membebaskan sebanyak 14 WNI yang ditawan. Namun, pemerintah menegaskan bahwa mereka tidak akan mengikuti kemauan penyandera untuk menyediakan uang sejumlah tersebut.
Pemerintah pun menjelaskan bahwa proses pembebasan 10 dari 14 sandera yang ditawan adalah hasil negosiasi penuh tanpa ada uang sepeser pun yang dikeluarkan. Namun tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan. Tidak sedikit pihak yang menilai bahwa pemerintah sengaja menutup-nutupi bagaimana proses pembebasan para sandera ini. Tidak sedikit pula yang menebak pembebasan ini dilakukan dengan membayar uang tebusan.
Tentu saja Kompasianer juga memiliki pendapat masing-masing tentang drama pembebasan sandera Abu Sayyaf ini. Dan berikut ini adalah 5 kunci pembebasan sandera Abu Sayyaf menurut Kompasianer.
1. Uang Tebusan Sandera dalam Perspektif Harga Diri Bangsa
Yon Bayu beranggapan demikian. Bahkan menurutnya uang tebusan yang disediakan oleh perusahaan dibenarkan oleh Kivlan Zen, salah satu negosiator pembebasan sandera.
Yon Bayu menambahkan bahwa ada unsur politik dalam usaha pembebasan 10 sandera ini. Bahkan ada media yang mengatakan bahwa pembebasan ini merupakan jasa dari politikus Surya Paloh.
Ia menambahkan sebenarnya masyarakat Indonesia berterimakasih dan memberikan apresiasi tinggi kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembebasan sandera ini. Namun ketidakjujuran, aroma manipulasi, mencari panggung untuk kepentingan pribadi adalah hal yang memuakkan.
2. Ribut Rebutan Jasa
Imi Suryaputera menuliskan opininya bahwa sejarah sudah membuktikan mereka yang benar berjuang dan patut dikatakan berjasa justru kalah oleh pencitraan yang didukung mayoritas. Apalagi jika didukung oleh media dalam berbagai bentuk.
Ima menghubungkan soal pembebasan ini dengan jasa RA Kartini. Menurutnya, ada banyak pahlawan wanita yang tidak diragukan lagi jasanya seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartike, Cut Meuthia, dll. Namun yang lebih diakui adalah RA Kartini. Ini karena surat-suratnya yang menjadi media dan membuat namanya melambung. Sama seperti pada gaduhnya pembebasan 10 sandera Abu Sayyaf ini.