[caption id="attachment_387562" align="aligncenter" width="506" caption="Ilustrasi/Kompasiana. (Kompas.com)"][/caption]
Tahun 2014 diramaikan oleh spekulasi keuangan sebagai imbas kondisi politik di Indonesia karena hajatan besar Pilpres 2014. Harga saham di Bursa Efek Indonesia yang sangat fluktuatif pun dikait-kaitkan dengan dukungan investor kepada calon presiden tertentu. Selepas presiden dan wakil presiden periode 2014-2019 terpilih, kenaikan harga BBM menjadi sorotan utama yang melahirkan pro-kontra dengan argumentasi yang tak jauh berbeda dengan argumentasi ketika kenaikan harga BBM sebelum-sebelumnya. Selanjutnya, wacana ekonomi nasional yang bergulir antara lain target swasembada pangan, mengangkat potensi ekonomi kelautan, dan kebijakan perusahaan tambang untuk membangun smelter.
Isu-isu tersebut tidak luput dari pencermatan Kompasianer untuk dituliskan di kanal Ekonomi Kompasiana. Selain itu, kanal Ekonomi yang terdiri atas subrubrik Bisnis dan Industri, Wirausaha, Keuangan, Manajemen, Marketing, dan Agrobisnis juga diramaikan oleh reportase, opini, termasuk tips-tips berwirausaha, beragrobisnis, marketing, menanam saham, manajemen, hingga menuliskan keluhan atas layanan suatu produk. Dan sepanjang 2014, inilah 14 artikel ekonomi terpopuler.
1. MMM Indonesia, Penipuan Baru yang Meresahkan
[caption id="attachment_387249" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi sistem MMM/Kompasiana. (Shutterstock)"]
Investasi "bodong" dan money game dari tahun ke tahun hadir dalam berbagai kemasan. Alan Budiman, melihat antusiasme teman-temannya menjadi member dan menjaring member MMM (Manusia Membantu Manusia), menuliskan opininya bahwa sistem MMM yang menjanjikan profit share 30 persen adalah di luar akal. Sebagaimana money game sebelum-sebelumnya, Alan Budiman menaksir MMM tidak akan bertahan lama dan akan dihentikan ketika pendirinya merasa cukup meraup keuntungan. Alan Budiman juga memaparkan karakteristik temperamental member money game semacam MMM yang rela kehilangan teman karena berbeda pendapat tentang money game yang diikutinya.
2. Hati-hati (Jangan) Ambil Kredit di BRI
[caption id="attachment_387251" align="aligncenter" width="450" caption="Ilustrasi uang hasil kredit. (KOMPAS.COM/FIRA ABDURACHMAN)"]
Perubahan kebijakan acap kali sulit diterima oleh sebagian masyarakat. Pun Iswady Wahid yang mengeluhkan perubahan kebijakan kredit multiguna BRI. BRI yang semula dianggapnya sebagai bank sahabat PNS/TNI/Polri berubah bak rentenir gara-gara perubahan kebijakan top up atau pelunasan kredit awal. Sebelumnya, pelunasan awalnya (top up) hanya dikenai penalti 3 kali bunga, bahkan jika ingin memperpanjang kredit, nasabah tidak perlu biaya penalti. Namun, dalam kebijakan yang baru, jika ingin melunasi kredit lebih awal, nasabah harus membayar pokok hutang plus seluruh bunga. Kebijakan ini dinilai Iswady lebih kejam daripada aturan main rentenir. Ulasan Kompasianer ini pun tercatat sebagai artikel ekonomii terpopuler kedua sepanjang 2014.
3. Maaf Saya Subyektif soal Jokowi
[caption id="attachment_387252" align="aligncenter" width="450" caption="Joko Widodo. (Kompas) "]
Menyoroti Jokowi, yang ketika itu berstatus capres, Hendri Ma'ruf menilai Jokowi adalah pemimpin yang paling menarik perhatian masyarakat. Dari segi manajemen, Jokowi memiliki karakter berempati dan santun, sederhana, jujur, mampu menangkap kemungkinan-kemungkinan perubahan pada masa depan, inspiratif, dan kompeten. Empat karakter terakhir adalah empat karakter teratas seorang pemimpin. Kejujuran pemimpin dapat dilihat pada sikap berprinsip, etis, dan benar. Dalam diri Jokowi, kejujurannya dapat dilihat salah satunya pada sikapnya dalam memanfaatkan fasilitas negara. Dengan karakter-karakter tersebut, Jokowi adalah pribadi yang memenuhi syarat menerima amanah untuk memimpin organisasi apa pun, baik skala kecil maupun besar.
4. Misteri Setoran 1 Persen Freeport dan Rahasia Tambang Emas Prabowo
[caption id="attachment_387253" align="aligncenter" width="448" caption="Lokasi tambang Freeport Indonesia"]
Mengulas Freeport dari sisi moneter berdasarkan pandangan Prabowo Subianto, yang ketika itu menjadi capres, Hazmi Srondol menuturkan bahwa Freeport hanya menyetorkan 1 persen dananya ke pemerintah Republik Indonesia. Itu pun hanya untuk CSR. Artinya, ada sekian puluh persen dana yang menguap entah ke tangan siapa. Itulah sebabnya Prabowo pernah menyatakan Indonesia kebocoran anggaran negara hingga Rp 1.100 triliun pada 2013. Bahkan menurut Prabowo, Indonesia masih bisa membuka 10 tambang Freeport di Papua saking kayanya negara kita. Selain itu, Hazmi Srondol pun menceritakan sejarah pertambangan Freeport.