Siapa yang tidak mengenal sosok Lee Kuan Yew? Kepergian Mantan PM Singapura pada bulan lalu ini menyisakan duka mendalam bagi semua, terutama warga Singapura. Selama menjabat selama 31 tahun, Singapura bangkit menjadi negara terkaya dalam kurun waktu tiga dekade terakhir. Topik pilihan yang Kompasiana pada 24 Maret 2015 ini diwarnai beragam tulisan Kompasianer tentang mengenang sosok Lee Kuan Yew dari beberapa sudut pandang. Kompasiana memilih 10 artikel menarik dari topik pilihan terkait wafatnya Lee Kuan Yew. Berikut adalah artikel terbaik pilihan Kompasiana: 1. Seandainya Saya Cicit Lee Kuan Yew [caption id="attachment_410346" align="aligncenter" width="567" caption="AP Photo/Ed Wray"][/caption] Melalui rubrik Catatan Harian, Kompasianer Naftalia Kusumawardhani berandai-andai jika ada salah satu keturunannya yang masih “ketinggalan” di Indonesia, ia akan menyampaikan segala keluhannya demi perubahan Indonesia, mengingat Lee Kuan Yew semasa mudanya pernah menetap di Semarang. Revolusi kebiasaan dan reformasi birokrasi ala Lee Kuan Yew dipaparkan juga dalam artikel ini sebagai harapan untuk kemajuan Indonesia. Ketegasan, visi, dan komitmennya juga layak diacungi jempol. Harapan besar terhadap lahirnya sosok pemimpin seperti Lee Kuan Yew di Indonesia disampaikan di sini. 2. Belajar Sisi Baik Lee Kuan Yew, Menyulap Pulau Antah Berantah [caption id="attachment_410347" align="aligncenter" width="562" caption="BBC Indonesia"]
[/caption] Kompasianer Heilynux Newmen mengutip tanggapan Lee Kuan Yew atas pertanyaan dalam beberapa wawancara. Kebijakan dan aturan yang dibuatnya memang membuktikan bahwa hal tersebut bisa berbuah manis bagi perkembangan pesat Singapura, sebuah pulau di tengah pulau (negara) lainnya. Beliau pun mengungkapkan opininya jika ia menjadi pemimpin Indonesia. Solusi dalam membangun perekonomian negerinya merupakan mahakarya yang luar biasa.
3. Sisi Lain Kepemimpinan Lee Kuan Yew [caption id="attachment_410349" align="aligncenter" width="567" caption="AFP Photo/Mohd Fyrol"]
[/caption] Perkembangan pesat Singapura semasa kepemimpinan Lee Kuan Yew dari tahun 1959 hingga 1990 dijabarkan Kompasianer Edi Abdullah. Mulai dari bidang pendidikan dan kesehatan (medis) di mana rakyat Indonesia banyak yang menuju Singapura demi pendidikan dan kesehatan karena kualitas dan pelayanan yang paling bagus di kawasan Asia. Kehebatan beliau dalam hal menakhodai Singapura dengan membentuk rakyatnya patuh terhadap kepemimpinannya juga dibahas dalam artikel ini.
4. Antara Lee Kuan Yew dan Machiavelli [caption id="attachment_410350" align="aligncenter" width="504" caption="Straits Times"]
[/caption] Singapura pada masa pemerintahan Lee Kuan Yew memang terkesan seperti mengadopsi landasan negara dan hukum ala Nicollo Machiavelli yang absolut, diktator, dan otoriter. Namun dalam artikel yang ditulis Kompasianer Imam Kodri, cara Machavelli yang sekilas dilakukan Lee Kuan Yew selama menjabat sebagai perdana menteri memang berhasil mengantarkan Singapura, yang merupakan bekas koloni Inggris ini, menuju negara yang jaya, makmur, dan bebas dari korupsi.
5. Lee Kuan Yew dan Kebebasan Pers [caption id="attachment_410352" align="aligncenter" width="624" caption="Mohd Rasfan/AFP"]
[/caption] Mengenai kebebasan pers di Singapura, banyak yang belum tahu bagaimana Lee Kuan Yew memandangnya. Kompasianer Muthiah Alhasany menjelaskannya dalam artikelnya. Lee Kuan Yew adalah sosok yang bukan antipers, tetapi juga tidak membiarkan pers berbuat seenaknya atau kebablasan. kebebasan pers atau media massa harus tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan mendesak demi integritas Singapura. Semuanya demi menjadikan Singapura sebagai negara maju yang mandiri.
6. Selamat Jalan, Bapak Bangsa Singapura! [caption id="attachment_410354" align="aligncenter" width="624" caption="BBC Indonesia"]
[/caption] Kompasianer Nahariyha Dewiwiddie membagi kabar wafatnya Lee Kuan Yew diawali penurunan kondisi kesehatannya. Beliau meninggalkan anak-anaknya yang juga memiliki jabatan penting dalam karier mereka. Singapura yang dulunya adalah bagian dai Malaysia menjelma menjadi bangsa yang mandiri. Bapak Bangsa Singapura ini berhasil membawa negaranya menjadi negara termaju di Asia Tenggara. Ucapan selamat jalan menutup berita haru ini.
7. Singapura Paska Lee Kuan Yew [caption id="attachment_410360" align="aligncenter" width="512" caption="therealsingapore.com"]
[/caption] Berita wafatnya Lee Kuan Yew dengan cepat tersebar luas ke media sosial. Kompasianer Muhammad Ridwan mencoba mengangkat opini dari seorang penggiat media sosial, Andi Hakim, tentang bagaimana transisi politik yang akan terjadi di Singapura. Akankah politik luar negeri pasca Lee Kuan Yew akan berdampak positif bagi Singapura ke depannya? Menurut Andi Hakim, Singapura akan lebih berbeda dan jauh lebih terbuka berpolemik dengan negara-negara tetangga.
8. Ada Apa antara Lee Kuan Yew & Habibie? [caption id="attachment_410357" align="aligncenter" width="558" caption="koran-sindo.com"]
[/caption] Kompasianer Harvi Gigih Gautama menyampaikan cerita masa lalu yang menarik antara Lee Kuan Yew dengan mantan presiden kita, BJ Habibie. Mengutip pernyataan Lee Kuan Yew terhadap Habibie bahwa rupiah akan melemah terhadap dolar jika Habibie menjadi presiden Indonesia, sebagai dampak berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia, Habibie tidak terima dan hal ini pun tidak terbukti karena rupiah sempat menguat pada masa jabatannya sebagai presiden Indonesia.
9. Kalau Saja Indonesia Dipimpin Lee Kwan Yew, Bukan Soeharto! [caption id="attachment_410358" align="aligncenter" width="562" caption="internasional.kompas.com"]
[/caption] Dalam artikel yang ditulis Kompasianer Hanny Setiawan, perbandingan antara Lee Kuan Yew dengan Soeharto coba ditunjukkan dari segi kepemimpinan, kinerja, hingga nasib kedua mantan pemimpin negara ini. Lee Kuan Yew dianggap lebih berhasil daripada Soeharto dalam menjalankan roda pemerintahan negara. Dipaparkan pula dalam artikel ini, ada tiga hal utama yang bisa dipelajari dari sejarah dan fakta-fakta lain bisa jadi pelajaran bagi pemerintahan sekarang dan masa yang akan datang.
10. Lee Kuan Yew dan F1 Singapore [caption id="attachment_410592" align="aligncenter" width="550" caption="affordableartfair.com & paradiseintheworld.com"]
[/caption] Sisi lain dari perhelatan balapan Formula One (F1) di Singapura coba dipaparkan Kompasianer Putu Djuanta. Ternyata, ditunjuknya Singapura sebagai salah satu
venue ajang balap dunia ini tidak lepas dari peran seorang Lee Kuan Yew. Padahal Singapura hanyalah negara yang kecil. Beliau berpikir jauh bahwa F1 bisa menjadi “panggung” yang mempertegas posisi Singapura sebagai bagian dari perekonomian dunia. Hal in dibuktikan dengan hak siar F1 yang
worldwide, jutaan mata akan melihat keunikan dari balapan jet darat ini. Keuntungan negara dari hasil penjualan tiket dan turis yang berdatangan juga merupakan dampak positif dari pergelaran F1. Wafatnya Lee Kuan Yew memang menyisakan haru bagi warga Singapura. Di tengah kesedihan karena kepergian sosok Lee Kuan Yew, jasa-jasa beliau telah menginspirasi kita semua. Pria yang dijuluki "Bapak Singapura" ini telah berkontribusi sangat banyak demi kemajuan Singapura. Sosok yang sangat menginspirasi ini adalah contoh pemimpin yang baik bagi seluruh bangsa di dunia terutama Indonesia yang ingin bangkit dan maju terus menjadi bangsa yang mandiri dan sejahtera.
(RD)Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Bola Selengkapnya