Mohon tunggu...
Iis Ningsih
Iis Ningsih Mohon Tunggu... -

tidak masalah kemana anda pergi atau apa yang anda lakukan, bagaimanapun anda menghabiskan seluruh hidup anda dalam batasan-batasan pikiran anda. (Terry Josephson)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Uugensi Pendidikan Jurnalistik Bagi Guru

15 September 2012   07:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dewasa ini dunia jurnalistik berkembang pesat dan dikenal oleh seluruh masyarakat. Begitu juga dalam dunia pendidikan, jurnalistik juga menyebarluas, mempengaruhi dan bahkan diajarkan di sekolah. Dalam kurikulum pendidikan juga dimuat tentang pembelajaran yang mendukung munculnya adanya karya tulis atau karya kreatif yang termasuk dalam genre karya jurnalistik. Bahkan pihak sekolahpun mendukung adanya perkembangan jurnalistik tersebut di sekolah dengan memfasilitasi medianya berupa majalah sekolah, majalah dinding atau mading (bulletin sekolah), tabloid, web atau blog di internet yang dipergunakan sebagai ajang menampung kreatifitas para siswa. Namun demikian pada kenyataannya masih ditemukan sekolah yang tidak mendukung dan memfasilitasinya karena minimnya biaya serta sekolah-sekolah yang jauh dari jangkauan pemerintah seperti di daerah-daerah terpencil, pelosok desa dan tidak adanya guru yang bisa dan mampu dalam mengajarkan pembelajaran jurnalistik tersebut apalagi mendatangkan guru yang benar-benar ahli dalam bidangnya tersebut, Biasanya sekolah yang mendukung dan memfasilitasinya adalah sekolah favorit atau unggulan.

Melihat pernyataan seperti itu sehingga secara tidak langsung menuntut untuk para calon pendidik (guru) dalam dunia pendidikan agar mampu menjadi jurnalis yang baik dan lebih-lebih bisa menghasilkan sebuah karya tulis seperti buku bacaan, novel, artikel, makalah ataupun yang sejenisnya karena karya tulis itu akan bisa menjadi tongkat untuk lebih muda diterimaatau menjadi pertimbangan bila mendaftar menjadi calon pendidik di suatu sekolahan atau perguruan tinggi.

Menulis, sekarang bukan lagi pekerjaan yang sulit seperti dahulu ketika kita harus bersusah payah menulis melalui mesin ketik. Banyak yang tidak bisa mengetik langsung, tapi harus melalui konsep dengan tulisan tangan, baru kemudian ditulis dimesin ketik. Kini sejalan dengan perkembangan zaman yang mana perkembangan teknologi cukup maju begitu pesat sehingga aktivitas menulis bisa dilakukan dengan mudah, di mana saja dan kapan saja.

Banyak keuntungan yang bisa diraih dengan menulis. Setidaknya kita bisa mendokumerntasikan ide, pemikiran atau apa saja yang ada di pemikiran kita. Apalagi seorang guru yang mana pastinya banyak pemikiran-pemikiran atau ide-ide yang akan di ajarkan kepada murid-muridnya maka sebelum mengajar perlu ada persiapan dulu dengan menuangkan pemikiran-pemikiran atau ide-ide itu di dalam bentuk tulisan agarbisa menjadi dokumen yang terus diingat dan tahan lama, tulisan dalam bentuk buku, artikel, makalah atau wahana lain yang bisa dimanfaatkan oleh murid-muridnya serta bisa menjadi pengganti apabila guru tidak dapat masuk mengajar di dalam kelas sehingga murid-muridnya tidak harus libur dan masih bisa belajar dengan tulisan dari guru tersebut, itupun dalam bentuk buku, artikel, makalah ataupun yang lain. Praktis bisa di bawa pulang bentuk tulisan tersebut baik berupa buku, artikel ataupun yang lainnya untuk di buat belajar di rumah atau dimanapun ia berada.

Selama ini kita dan para guru lebih mudah mengekspresikan ide melalui lisan. Orang bisa bicara panjang berjam-jam untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dalam forum formal seperti seminar, diskusi atau forum lain. Bahkan dalam forum nonformal orang bisa bicara sangat panjang sampai tidak mengenal waktu. Begitupun guru bisa bicara panjang lebar berjam-jam dalam mengajar tanpa memperhatikan murid-muridnya jenuh, bosan atau tidak karena pembelajarannya monoton yang mana hanya bicara saja. Untuk mengubah kebiasaan itu diperlukan kerja keras agar masyarakat dan juga guru lebih senang menulis selain kemampuan berbicara. Atau paling tidak, ada keseimbangan antara kemampuan bicara dan menulis. Kemampuan seseorang dalam menulis tidak muncul begitu saja, tapi merupakan proses penularan dari orang lain. Tahap awal untuk kegiatan menulis adalah banyak membaca; buku, surat kabar, majalah, jurnal, novel dan karya tulis yang lain. Banyak keuntungan yang diperoleh melalui membaca, selain pengetahuan yang luas, akan muncul minat untuk menulis. Apalagi seorang guru yang tugasnya memang mentransfer ilmu pengetahuan maka harus banyak membaca dan menulis.

Maka dari itu penting pendidikan jurnalistik bagi para guru karena dengan pendidikan jurnalistik tersebut dapat mengoptimalkan pekerjaan guru sebagai pendidik, selain melatih agar dapat menulis dengan baik, juga banyak mendatangkan keuntungandalam menulis, yaitu (1) ide yang mudah dipahami, karena orang lain biasanya akan lebih mudah memahami atau menerima pemikiran yang disampaikan melalui tulisan, apalagi seorang murid biasanya akan lebih mudah memahami, mengingat dan menghafal suatu pelajaran apabila dalam bentuk tulisan. Bukan itu saja, melalui tulisan juga bisa mempengaruhi opini dan pemikiran orang lain. Kita bisa lebih mudah memahami pemikiran seseorang justru setelah membaca tulisannya, (2) membantu ingatan, (3) sebagai penghasilan, jikalau ide atau pemikiran yang dituangkan dalam bentuk karya tulis seperti buku bacaan, novel, artikel, makalah ataupun yang lainnya, yang tulisannya di muat di media massa tertentu, akan mendapatkan imbalan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun