Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Generasi Digital Terkesima Teknologi Lawas Piringan Hitam

18 Maret 2017   12:15 Diperbarui: 18 Maret 2017   12:50 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragam piringan hitam (vinil) dari artis lokal dan mancanegara dijual di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2017). Tempat ini menjadi salah satu pusat penjualan piringan hitam di Jakarta.| Kompas.com

Beragam piringan hitam (vinil) dari artis lokal dan mancanegara dijual di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2017). Tempat ini menjadi salah satu pusat penjualan piringan hitam di Jakarta.| Kompas.comJAKARTA, KOMPAS - Era digital membawa banyak perubahan dalam cara manusia mengonsumsi. Musik pun kini bisa dinikmati dengan mudah.

Hanya dengan mengunduh aplikasi di gawai, kita sudah bisa mendengar musik ‘gratis’ (baca : murah). Mestinya, orang tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk mendengar musik.

Anehnya, saat musik ‘murah’ bertebaran di mana-mana, sebagian orang justru menggandrungi vinil atau plat atau piringan hitam (PH).

Di Jakarta, mereka memburu PH di toko-toko PH yang berserak mulai di Blok M Square, Pasar Santa, Senayan Square, Mangga Dua, Jalan Surabaya, hingga Kemang.

“Aku biasa nyari ke Blok M Square yang banyak pedagang ngumpul dan tempatnya enak, nyaman karena ada AC. Kalau enggak ke Jalan Surabaya,” ujar Luthfi Hasan, desainer interior dan praktisi periklanan penyuka PH.

Mulai mengumpulkan PH sejak tahun 2010, kini PH-nya mencapai kurang lebih 500 keping, didominasi lagu-lagu keroncong.

Tak hanya praktisi periklanan dan desainer intertior seperti Luthfi, arsitek, pegawai swasta, DJ, wartawan, musisi (tentu saja), hingga anak-anak generasi langgas pun demam PH.

“Mendengar musik dari vinil itu ribet. Rasanya paling ribet dari semua medium yang ada. Tapi itulah seninya. Di tengah segala keribetan, kita justru sangat menghargai momen mendengarkan musik itu. Betapa setelah segala keribetan, kita bisa duduk manis dan mendengarkan musik. Disitulah nikmatnya,” kata Giring ‘Nidji’ yang juga penggemar PH.

Maka itu, tak terhitung pula kemunculan toko-toko piringan hitam online di media sosial. Di instagram, akun-akun penjual PH memiliki follower hingga ribuan orang.

Saat penjualan keping CD lesu, demam PH justru makin kencang. Padahal harga sekeping PH tidak murah.

Piringan hitam (vinil) diputar di sebuah kios penjualan piringan hitam di Jalan Surabaya, Jakarta Pusat, Rabu (15/3/2017). Tempat ini menjadi salah satu pusat penjualan piringan hitam di Jakarta.| Kompas.comPH band-band luar negeri yang bekas, harganya berkisar Rp 150.000 – Rp 500.000, tergantung kelas musisinya dan tingkat kesulitan mendapatkan PH-nya. Begitu juga dengan PH musisi dalam negeri lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun