PATI, KOMPAS.com - Sosok mendiang Patmi (48), petani perempuan yang tinggal di Desa Larangan Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati memang telah tiada.
Namun, sosoknya dianggap tepat mewakili spirit perjuangan petani, yang mempertahankan tanahnya.
Pada Minggu (26/3/2017) sore, tepat diadakan peringatan tujuh hari kepergiannya. Di acara itu digelar bermacam doa, hingga dibuat monumen terhadap sosok Patmi.
Monumen diletakkan di lahan di sebelah rumahnya seluas kurang lebih 10 meter persegi. Di bawah pohon jati, monumen dibangun ditengahi lingkaran berdiameter sekitar 3 meter.
Tanah yang dijadikan monumen milik almarhum. Rencananya, di sebelah lahan monumen, akan didirikan tempat ibadah atau mushola.
"Tempat ini berstatus hak milik atas nama almarhum. Tanah ini sudah diwakafkan untuk kemaslahan publik," ujar Harno, koordinator Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) Pati, Minggu sore.
Peletakan monumen dihadiri sejumlah kalangan, terutama warga Desa Larangan, serta warga yang menolak pabrik semen.
Di sekeliling kediaman mendiang Patmi, ucapan bela sungkawa datang dari para tokoh, terutama dari kalangan aktivis, anggota DPR.
Mereka mengirim karangan bunga yang diletakkan di depan rumah mendiang.
Pihak keluarga Patmi juga menggelar peletakan batu pertama pembangunan monumen. Peletakan batu pertama dilakukan suaminya Rosyad dan anak-anaknya.
"Perjuangan ini meneguhkan semangat kami bahwa kami harus terus berjuang. Saya ikhlas," ujar Rosyad.