Musim lalu, Leicester City menorehkan tinta emas dalam sejarah sepak bola mereka, bahkan mungkin di Inggris. Tak dinyana, tim berjulukan The Foxes alias Si Rubah ini untuk pertama kalinya meraih gelar juara Premier League sejak klub berdiri pada tahun 1884.
Padahal, ketika itu Leicester sama sekali tidak diperhitungkan setelah mereka memasuki musim 2015-2016 dengan status tim yang terancam degradasi.
Bak cerita dongeng, tim besutan Claudio Ranieri ini menyingkirkan para raksasa yang bergelimang uang seperti Chelsea, Manchester City, Manchester United, Liverpool dan Tottenham Hotspur, untuk menggenggam trofi paling bergengsi tersebut.
Mari kita tinggalkan kisah yang sudah masuk dalam buku sejarah sepak bola Inggris dan dunia tersebut. Kini kita beralih ke ajang Liga Champions, yang merupakan kompetisi antarklub terbaik di Eropa.
Fakta bahwa Liga Champions menjadi incaran semua klub di Eropa tak terbantahkan. Semua klub berlomba-lomba tampil menjadi yang terbaik pada kompetisi domestik di negaranya masing-masing sehingga bisa meraih tiket ke Liga Champions pada musim berikutnya. Jadilah, Leicester pun berhak tampil dalam ajang tersebut pada musim 2016-2017.
Ini menjadi pengalaman pertama Leicester bermain pada kompetisi paling bergengsi di daratan Eropa. Tak heran jika banyak kalangan yang tidak memperhitungkannya, bahkan muncul nada sumbang yang menyebut Jamie Vardy dan kawan-kawan bisa dijadikan lumbung gol lantaran mereka masih sangat hijau pada event ini.
Prediksi keliru
Ternyata semua prediksi keliru. Alih-alih menjadi santapan empuk lawan lantaran performa mereka yang sangat buruk di kompetisi domestik, The Foxes justru menciptakan sejarah karena meraih kemenangan dalam tiga pertandingan pertama tanpa kebobolan. Alhasil, Leicester menjadi tim Inggris pertama yang menorehkan rekor tersebut.
Performa impresif selama fase grup ini disempurnakan dengan lolos ke babak knock out sebagai juara Grup G. Mereka membukukan empat kemenangan, satu hasil imbang dan satu kali kalah.
Wakil Spanyol, Sevilla, menjadi musuh pada babak 16 besar. Sudah bisa ditebak, Sevilla menjadi favorit karena mereka adalah juara Liga Europa pada tiga musim terakhir dan pemegang rekor lima kali juara Piala UEFA/Liga Europa.
Pertemuan pertama di kandang Sevilla, Rabu (22/2/2017), berlangsung sesuai perkiraan karena berakhir 2-1 untuk tuan rumah. Gol balasan Leicester dicetak striker andalannya, Vardy, yang menghidupkan peluang timnya melewati babak ini lantaran memilik tabungan gol tandang.