KOMPAS.com - Gajah Mada dan Majapahit Islam menurut para arkeolog hanya klaim tanpa data dan bukti.
Dalam diskusi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kamis (22/6/2017), arkeolog Agus Aris Munandar menunjukkan teks yang dengan jelas menunjukkan bahwa Gajah Mada bukan Islam.
"Di Negarakertagama terdapat cerita tentang Madakaripura, tanah perdikan yang diberikan Hayam Wuruk untuk Gajah Mada," katanya.
Begini bunyi teks tersebut:
wwant?n dharmm? kasogatan prak?site madakaripura kastaweng langö,
sim?nugraha bhûpati sang apatih gajamada racananyan ûttama,
yek?nung dinunung nare?wara pasanggrahanira pin?n?d rinûpak?
andondok mahawan rikang trasungay andyus i capahan atirtha?ewana“ (Nag.19:2)
Jika diartikan, teks itu berbunyi:
Tersebut dukuh kebuddhaan bernama Madakaripura,
keelokannya terkenal, berupa Anugerah sri Baginda kepada patihnya, Gajah Mada,
teratur dengan sangat baik.
Di situlah sang raja menempati pesanggrahan yang terhias dengan indah, berjalan melalui
Trasungay, ia melakukan pujabhakti di petirtaan suci di Capahan
(Sidomulyo 2007: 42)
Teks yang sebenarnya bercerita tentang Hayam Wuruk yang melakukan perjalanan dan beristirahat di tempat Gajah Mada itu memberi tanda tentang kepercayaan Majapahit dan mahapatihnya.
"Di situ jelas tertulis kasogatan, dukuh kebuddhaan," katanya.
Para arkeolog tetap meyakini bahwa Gajah Mada dan Majapahit jelas bercorak Hindu-Buddha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H