JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan berharap semua pihak, terutama instansi publik yang strategis seperti rumah sakit untuk meningkatkan kemampuan sistem pengamanan informasi.
Hal itu disampaikan Budi Gunawan menyikapi Serangan ransomware berjenis WannaCry yang menyebar sejak Jumat (12/5/2017) pekan lalu.
Budi mengatakan, serangan ini berawal dari bocornya tool yang digunakan oleh National Security Agency (NSA), yaitu sebuah kode pemrograman yang memanfaatkan kelemahan sistem dari Microsoft Windows.
Kronologi Serangan Ransomware WannaCry yang Bikin Heboh Internet
Exploit ini digunakan sebagai suatu metode untuk menyebarkan secara cepat software perusak atau Ransomware yang bernama WannaCry ke seluruh dunia.
Group hacker yang menyebarkannya adalah SHADOW BROKER.
"Motif serangan berubah dari yang dulunya dilakukan oleh negara dengan tingkat kerahasiaan operasi yang tinggi, menjadi serangan yang dilakukan oleh kelompok dengan motif komersial dan merugikan masyarakat banyak," kata Budi Gunawan dalam keterangan tertulisnya, Senin (15/5/2017).
Cegah Ransomware, Kemkominfo Imbau Masyarakat Bertindak Sehat di Internet
Budi mengakui ada kekhawatiran virus ini akan menyerang sistem informasi instansi lainnya dan pengguna komputer secara umum.
"Serangan seperti ini merupakan bentuk ancaman baru berupa proxy war dan cyber war yang digunakan oleh berbagai pihak untuk melemahkan suatu negara," tambahnya.
Negara dan seluruh instansi terkait pengamanan informasi, lanjut Budi, harus mulai mengubah paradigma sistem pengamanan informasi, dari konvensional seperti Firewall dan Antivirus, menjadi ke arah sistem pengamanan terintegrasi yang memiliki kemampuan deteksi serangan secara dini ke seluruh komponen sistem informasi yang digunakan.