BANDUNG, KOMPAS.com - Perjuangan Sri Astati Nursani (32) untuk menghidupi dan merawat Muhammad Fahri Asidiq (11), bocah penderita tulang rapuh (osteogenesis imperfecta) dan adiknya yang baru berusia enam tahun sangat berat.
Apalagi, Sri mencari nafkah sendiri setelah ditinggal suaminya beberapa tahun lalu. Namun, ia tak ingin menyerah dengan keadaan. Setiap hari, Sri mencari nafkah dengan berjualan tisu keliling.
Sri menjajakan dagangan asongannya kepada wisatawan di seputaran Jalan Riau yang terkenal sebagai pusat perbelanjaan factory outlet.
"Satu hari saya dapat Rp 200.000. Setengah untuk obat dan perawatan Fahri, setengahnya buat makan dan biaya hidup," aku Sri kepada Kompas.com, belum lama ini.
(Baca juga:Â Setiap Batuk, Tulangnya Patah, Bocah Ini Mengaku Ingin Mati Saja)
Uang sebesar Rp 200.000 adalah target Sri setiap hari. Jika sampai malam target tersebut belum tercapai, dia tidak berani pulang. Dia akan terus berusaha hingga mendapatkan targetnya.Â
Namun, upaya Sri mencari nafkah tidak selalu mulus. Bersama pedagang kaki lima lainnya, Sri mengaku pernah ditertibkan Pemkot Bandung. Ketika itu memang sedang ada penertiban pedagang-pedagang liar di Jalan Riau, yang masuk zona larangan untuk PKL dan pedagang asongan.
Kepada Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, Sri sempat memberi argumentasi agar tak ikut ditertibkan. Saat itu, sambung Sri, dirinya tidak mengatakan kondisi kesehatan Fahri pada Ridwan Kamil.
"Saya bilang sama Pak Wali, saya kan asongan bukan kaki lima. Tapi kata Pak Wali tetap tidak boleh," tuturnya.Â
(Baca juga:Â Dioperasi, Bocah Penderita Tulang Rapuh Disuruh Pulang Saat Belum Sadar)
Beruntung Sri mendapat izin untuk berjalan di salah satu restoran masakan Jepang yang masih berada di bilangan Jalan Riau. Keuntungannya cukup lumayan pada saat itu karena ramai pengunjung.