Mohon tunggu...
Kompas.com
Kompas.com Mohon Tunggu... Administrasi - Kompas.com

Kompas.com merupakan situs berita Indonesia terlengkap menyajikan berita politik, ekonomi, tekno, otomotif dan bola secara berimbang, akurat dan terpercaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bunuh Diri dapat Dicegah Jika Masyarakat Peka dan Peduli

18 Maret 2017   13:45 Diperbarui: 18 Maret 2017   13:46 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi.KOMPAS.com - Angka kejadian bunuh diri di Indonesia tergolong tinggi, dalam satu jam rata-rata satu orang melakukan bunuh diri. Tindakan ini sebenarnya dapat dicegah.

Orang yang ingin melakukan bunuh diri pada umumnya menunjukkan gejala. Sekitar 90 persen kasus bunuh diri dipicu oleh depresi yang memiliki gejala klinis murung, sedih, putus asa, tidak nafsu makan, susah konsentrasi, serta ada ide bunuh diri.

"Gejala depresi itu berlangsung setidaknya dua minggu dan membuat fungsi sosialnya terganggu," kata dr.Andri, Sp.KJ dari RS Omni Alam Sutera Tangerang.

Orang yang ingin bunuh diri biasanya juga menunjukkan tanda pesan kematian, seperti menulis keinginan mati, wasiat, menasihati tentang makna dan filosofi hidup, atau memberikan barang yang sangat disenangi.

Oleh karenanya, perubahan perilaku itu seharusnya dikenali oleh orang di sekitarnya. Dukungan keluarga dan juga bantuan profesional untuk konseling bisa membantu mengatasi depresi, bahkan menghilangkan keinginan bunuh diri.

Menurut Reza Indragiri Amriel, Kabid Pemenuhan Hak Anak Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, riset pada orang-orang yang gagal bunuh diri menyebutkan, parasurvivor itu berharap jika sebelumnya ada orang yang mau hadir untuk mereka.

Kehadiran orang terdekat sebagai tempat mencurahkan perasaan dan mendengar sangat membantu. Hindari respon negatif seperti menekan, menghakimi, atau menghina, karena dapat membuat mereka semakin menutup diri.

Harus diakui sikap peka dan peduli pada sekitar memang semakin sulit didapat karena kurangnya waktu berinteraksi dan berkomunikasi. Padahal, dengan bersikap lebih peka dan berempati kematian sia-sia bisa dicegah.

Baca juga:
Waspadai Efek Menonton Tayangan Bunuh Diri di Media Sosial 
Kenali Gejala Depresi, Pemicu Utama Bunuh Diri 
Kominfo Imbau "Netizen" Tak Sebarkan Video Siaran Langsung Bunuh Diri 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun