KOMPAS.com - Militer Amerika Serikat mengatakan untuk pertama kalinya telah menjatuhkan bom nonnuklir paling besar yang dimilikinya. Demikian laporan BBC.
Bom GBU-43/B Massive Ordnance Air Blast Bomb (MOAB), yang dikenal dengan sebutan "induk dari segala bom" itu digunakan untuk menyerang persembunyian kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Afghanistan, di Provinsi Nangarhar.
Bom seberat 9.800kg dan memiliki panjang sembilan meter itu dijatuhkan di distrik Achin pada Kamis malam waktu setempat (13/4/2017), demikian informasi dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon yang diperoleh BBC.
Serangan tersebut bertujuan untuk menghancurkan gua-gua ISIS, dan pada saat yang sama meminimalisir dampaknya bagi pasukan Afghanistan dan Amerika Serikat yang melakukan operasi keamanan di wilayah itu.
Gedung Putih juga memberikan konfirmasi tentang penggunaan bom nonnuklir terbesar yang dimiliki Amerika.
"Kami menyerang sistem terowongan dan gua yang digunakan secara leluasa oleh para petempur ISIS untuk dengan mudah menyerang penasihat militer AS dan pasukan Afghanistan di daerah itu," kata juru bicara Gedung Putih Sean Spicer.
Sumber-sumber setempat menuturkan ledakan begitu dahsyat sehingga suaranya sampai terdengar di dua distrik yang berdekatan dengan distrik Achin.
Amerika Serikat belum memberikan rincian dampak serangan, tetapi seorang pejabat setempat mengatakan kepada BBC bahwa banyak militan ISIS tewas.
Mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengkritik penggunaan senjata seperti itu yang disebutnya tidak manusiawi. Ia menuduh Amerika Serikat menggunakan Afghanistan sebagai lokasi percobaan.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H